Saya membaca tentang
hakikat manusia yang diulas dalam sebuah buku yang berjudul Syarah Rasmul Bayan
Tarbiyah yang ditulis oleh Jasiman,Lc.
Dari beberapa hakikat
manusia yang disebutkannya, saya tertarik dengan salah satunya yaitu hakikat
manusia sebagai Mukhayyar. Mukhayyar diambil dari kata Khiyar yang artinya memilih.
Jadi, Mukhayyar artinya hakikat manusia adalah sebagai pemlih, memiliki
kemampuan sekaligus kebebasan untuk memilih. Allah memang memberikan
keistimewaan pada manusia berupa akal dan hati. Manusis menjadi makhluk pilihan
hingga ia bebas memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Akal dan kebebasan ini
sebenarnya adalah ujian.
Bila ia menggunakan akal dan hatinya dengan baik maka ia akan beriman kepada Allah.
Bila ia menggunakan akal dan hatinya dengan baik maka ia akan beriman kepada Allah.
Hakikat manusia sebagai
mukhayyar. Pun ketika ia sedang jatuh cinta. Cinta kepada yang lain harus dalam
kerangka cintaNya. Untuk setiap hamba yang beriman, ini adalah harga mutlak.
Tak bisa ditawar. Tak apa. Saya tau itu sulit, namun menjadikannya mudah atau
sulit adalah pilihan. Jika mengingat bahwa memang hidup di dunia adalah
tempatnya kita diuji, seharusnya setiap hal yang terjadi akan menjadi mudah,
lawanlah dan hadapilah dengan sebuah ketaatan. Balasan dari setiap ketaatan
adalah syurga.
Hidup di dunia,
syurgalah yang sebenarnya kita cari.
Bukan harta, bukan
pasangan hidup ataupu jodoh (eh,sama aja ya? -___-)
Jadi, tau kan apa yang
harus kau lakukan ketika seseorang mencintaimu dan kau pun mencintainya?
Itu sebuah ujian hidup
jika memang belum saatnya kita mencintai.
Jangan sampai
terjerumus. Ah, andaikan saya sekarang sedang bisa untuk shalat, saya akan
shalat dan membaca Al-Quran agar selalu bisa mengingatNya ketika saya mengingat
makhluknya yang lain. Saya rindu masjid, saya ingin shalat berjamaah di sana. .
. Tapi sedang tidak bisa. Jadi, saya memilih untuk membaca-baca buku yang bisa
mengisi hati saya dengan lebih baik daripada saya mengisinya dengan hal-hal
lain.
Ya Allah, jadikan Al-
Quran sebagai pelipur gundah gulana kami, menjadi musim semi di hati kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar