Indias Nurul Aini

Foto saya
“Jangan Percaya Saya” Saya adalah seorang gadis kecil yang suka berbohong Kalau saya pinokio, maka hidung saya pastilah akan bertambah panjang tiap kali saya tersenyum dan tertawa sambil berkata,”hahaha saya baik-baik saja ^___^ “ dan kalau rahasia bisa diuangkan, pastilah saya sudah kaya raya

Senin, 12 Mei 2014

How Does it Feel (About Marriage)

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
^_^
Selamat datang di zona bahagia....di zona penuh kesyukuran sebab lembaran baru dalam kehidupan sedang kujalani terhitung tepat pada tanggal 20 April 2014....



Alangkah bahagia dan bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menyediakan hatinya untuk berbahagia pada hari itu. Jazakumullah khair...





ada piala bergilir spesial pula dari teman2 kampus. aku menikah di urutan ke-3 di kampus setelah pernikahan Ratih dan Rani di Februari lalu. hihihihi

keluarga berkumpul..ada adik laki-laki yang biasanya selalu jauh dalam jarak, kini ada di sini. Ikut foto bareng sama kakak ipar. . seneng banget liat foto ini,^_^


juga Alangkah terberkati, menemukan belahan jiwa yang setiap orang belum tentu bisa mendapatkannya. Lelaki shalih, lembut, sabar dan baik. . . Feel blessed to be your wife <3

Setelah menikah, banyak kawan menanyakan kabar, khususnya tentang bagaimana rasanya. bagaimana rasanya apa? rata-rata pertanyaannya sama. dan jika diminta mendefinisikan tentang rasa, aku tergelitik untuk menuangkannya dalam kata-kata. sebab yang dirasakan kadang tak bisa dilisankan dengan baik. 

Di bawah ini murni jawaban yang berasal dari apa yang kurasakan. bisa saja berbeda dengan yang orang lain rasakan. ^_^


Bagaimana rasanya menjalani detik-detik menjelang hari H?
Galau. Galau luar biasa, sebab hanya terpikirkan bagaimana caranya agar semua orang meridhoi pernikahan kami. Sebab kebahagiaanku adalah ketika semua orang berbahagia dan bukannya bersedih pada hari itu. Tanpa terkecuali.

-Bagaimana perasaan anda pada detik-detik ijab qabul?
Dalam hati, terus menerus mengucap bismillah dan sibuk mendelete semua masa lalu, menyiapkan sepotong hati yang baru. Memfokuskan pikiran pada kesiapan bakti yang totalitas pada suami. Semua masalah yang berkaitan dengan hati, segala bimbang, segala galau mau tidak mau harus menguap pada detik itu juga. Semua masalah yang berkaitan dengan masa lalu harus dianggap selesai. Sehingga ketika semua orang mengucapkan ‘sah’, seiring pula dengan hatiku yang sepenuhnya hanya menatap masa depan bersama suamiku.


-Bagaimana rasanya setelah menikah?
Rasanya tenang. Sungguh seperti terlahir kembali, seperti menjadi manusia yang tidak menghadapi satu masalah apa pun yang berarti. Yang ada hanyalah rasa syukur yang terus bertambah tiap kali memandang lekat suami tercinta ^^ bahwa ia ada, jelas di sini. Di sampingku.
Lalu, ibadah menjadi lebih tenang. Perbaikan diri menjadi semakin lurus niatnya. Waktu masih jomblo, niat untuk memperbaiki diri mesti kadang masih serong-serong (hayoloooo iya kan? XD). Berbeda ketika sudah menikah, semua upgrade diri niatnya hampir sama, yaitu bakti pada suami. Meningkatkan kualitas sebagai istri dan otomatis mendapat pahala yang lebih besar.

-Bagaimana rasanya menjadi seorang istri bagi Kukuh Indra Kusuma?
Rasanya bersyukur sekaligus hopeless. Bersyukur karena diberi seorang suami yang sangat baik dan lembut perangainya. Hopeless karena dia begitu baik, dia bisa banyak hal. Sementara aku merasa belum jadi istri yang cukup baik untuknya. Bagaimana tidak? Aku baru tersadar, masih seperti anak kecil. Hari-hari pertama, aku bener2 dehhh. Belum aware kalo udah punya suami.

 Saat tiba waktu makan,dia mengambilkan makanan untukku. Kalau ada kuah yang tidak sengaja terciprat ke tanganku saat aku makan, sigap dia lap tanganku dengan lembut menggunakan tissue. Bodohnya, aku tidak menyadari semua keganjilan dari tingkah lakuku. Aku merasa wajar saja, yang penting aku makan, mas kukuh juga makan. Siapa yang mengambilkan sepertinya tidak ada masalah. Ngambiln makanan kan nggak seberat mengangkat sebongkah batu besar. Sampai suatu saat, tante ku menegur,”ain, kok mas kukuh yang ngambilin makanan buatmu? Harusnya kan kamu. Kamu kan istrinya. Harusnya istri yang melayani suami”. Jlebbbbbb!!! Iya sihh, Astaghfirullah.. ada benernya juga. Aku kan sekarang sudah menjadi seorang istri! *tear*.

 Dari teguran itu, aku mulai merasa nggak enak hati ketika mas kukuh masih saja mengambilkanku makanan saat waktu makan, dan berubah menjadi sedih tiap kali ia mengelap tanganku yang kecipratan kuah dengan tissue. Rasanya tuh,”Ya Rabb, kenapa aku nggak aware banget sama suami. Liat, aini..suamimu seigini baik, segini perhatian, bukannya malah tersentil..malah kenakan dilayani. Heuuu what should I do? *tear*”. 

Tanpa sadar, wajahku mencerminkan isi hati yang galau ini. Mungkin aagak sedikit sayu dan cemberut? Atau menjadi wajah tak berdaya? Entahlah, hanya rasanya hati mencelos sempurna sambil tangan ini perlahan menepis tissue yang sedang dipegangnya. Suamiku berhenti sejenak, sambil menatapku dan berkata,”hm? Ada apa?”. Menatap matanya yang teduh itu, semakin membuatku tidak enak hati. Bagaimana mungkin ada tatapan seikhlas itu, padahal aku merasa ada yang salah dari sikapku sebagai seorang istri. “Mas, neng bisa ngelap tangan sendiri pakai tissue. Juga, neng bisa ambil makan sendiri”, jawabku sambil tertunduk lesu. Kudengar ia menghela nafas,walaupun aku tak melihat, kutahu ia pasti sedang tersenyum. Sebab belum pernah kudengar helaan nafasnya yang karena mengeluh. Ia mengusap kepalaku seperti biasa. Belakangan aku tau, setiap kali ia merasa gemas-gemas sayang terhadapku, ia selalu mengusap-usap kepalaku. 

“Neng, siapa bilang istri selalu harus melayani suami? Istri harus ngambilin makan,ngambilin minum buat suamu? Emangnya suami nggak boleh? Suami juga punya kewajiban untuk memuliakan istri,lho...”, jawabnya sambil tersenyum semakin lebar, tetap mengusap kepalaku yang terbalut jilbab dengan telapak tangannya. Mau tau rasanya? Nyessssss..melting *tear*.

Tak hanya satu peristiwa. Banyak hal yang semakin kutahu dimana letak kekuranganku sebagai istri. Wes, poko’e sekarang ketok banget nggak bisa apa-apa nya. Waktu di rumah, aku nggak bisa masak. Waktu di toko buah, aku nggak bisa milih semangka. Memijatpun juga nggak bisa. Bahkan untuk geli pun aku nggak bisa *tear*


-Bagaimana rasanya LDR?
Terhitung semenjak hari H pernikahan kami, ada waktu 14 hari untuk kami menghabiskan waktu berdua. Kami ‘roadshow’ ke Cilacap, Banjarnegara dan Yogyakarta. Lalu setelah 14 hari berlalu, kami harus berpisah secara jarak. Sedih nggak? Mmm..orang-orang sekitarku udah mewanti-wanti pasti aku bakal sedih dih dih dihhh. Tapi aku paling nggak bisa menebak-nebak akan seperti apakah perasaanku nanti? Sedih nggak yaa kayak yang dibilang temen2? Ato akankan seperti cerita sepupu nya mb faiz yang pas LDR an katanya ‘ben dino telpon-telpon an nganti koyo wong edan’. Mmmm...i don’t know. Lihat saja nanti. Aku akan tau bagaimana rasanya ketika aku sedang merasakannya, hehe. 

Dan tibalah saat kami akan berpisah. Latar nya adalah Bandara Adi Sutjipto. Saat berpisah, suamiku menyalami bapaknya. Cium tangan. Lalu ganti menyalami ibu nya. Cium tangan, lalu menempelkan pipi kanan dan pipi kiri. Tiba giliranku. Aku tersenyum, menjabat tangannya, lalu mencium punggung tangannya. Aku agak kikuk, inginnya memeluk suamiku..tapi masih sungkan. Entah malu pada bapak ibu atau aku belum siap untuk air mata yang mungkin akan tertumpah. Sebab pelukan suamiku selalu erat, aku takut kalau aku menjadi benar-benar merasa akan berpisah dengannya. 

Bagaimanapun, sebelumnya aku sudah menyiapkan praduga bahwa perpisahan ini akan biasa saja rasanya. Trus gmn kalo tiba-tiba ternyata kenyataannya menjadi tidak demikian? Hanya dengan memikirkan akankah memeluk saja dilema nya luar biasa. Lalu, entah juga sungkan atau memahami perasaanku dari raut wajah,sambil masih menjabat tanganku, suamiku menempelkan pipi kirinya pada pipi kananku dan sebaliknya. Istilah kerennya, cipika-cipiki. Lalu ia tersenyum lebar, menepuk pundakku dan sedikit kurasakan pada punggungku,”Baik-baik, ya..Jaga diri baik-baik. .”. Aku mengangguk sambil membalas senyumnya sambil berdoa dalam hati,”semoga aku tidak menyesal karena tidak memelukmu. Sampai jumpa di tanggal 20 juli nanti. Semoga aku bisa”.

Selepas kepergiannya, entah kenapa..aku merasa feel blessed. Selama suamiku jauh, hikmahnya aku bisa dikasih kesempatan untuk belajar jadi istri yang lebih baik. Evaluasi 2 minggu kemarin, tnyta masih banyak yang perlu dibenahi. Harapannya, ketika bertemu lagi nanti. . aku sudah bisa menjadi istri yang setidaknya setingkat lebih baik dari kemarin. :D

Malam pertama tanpa suami. . . at kamar kontrakan di Jogja. Aku sekamar berdua dengan teman, tapi kebetulan temanku sedang pulang kampung, jadilah malam itu aku tidur sendiri. Daannnn...jreng jreng jreng...pas tidur, biasa aja sih. Tapi begitu bangun tidur itu lhoooo yang parah. Begitu membuka mata bangun dari tidur,yang terpampang adalah view eternit langit-langit kamar. Ukuran kamar ku 3x4 m. Persis seperti ukuran kamar di banjarnegara, tempat bu mertua. So, pikiran yang terlintas di kepala saat membuka mata adalah,”ohh..aku lagi di kamar banjar, to..”. Lalu tangan kananku meraba-raba sprei kasur, mencari sesuatu; tangan suamiku! Dahiku mengerut ketika telapak tangan kananku tidak juga bersinggungan dengan apa yang kucari. Malah nemplok di sebuah benda dan bunyi nya ‘puk!’. “Mas kukuh? Mas kukuh di mana?”, sontak aku menoleh tempat bunyi ‘puk’ tadi. Ternyata tas nya teman sekamarku. Aku melongo, lalu melihat sekitar, biasanya, aku bangun lebih dulu untuk membangunkannya shalat subuh.  “Upsss lupa..mas kukuh kan udah terbang ke Timika kemaren” #tepokjidat #istighfar
 

-Apa yang paling kamu rindukan dari nya saat ia jauh?
Suara tilawahnya. Lebih-lebih, aku merindukan saat menyimak bacaan Ar-Rahmannya. Setiap pada ayat Fabi ayyi aalaa i robbikumaa tukadzibaan. Maka nikmat manakah yang kau dustakan? Ingatkah wahai suamiku, saat itu selepas kita shalat maghrib (eh atau isya ya?) berjamaah, usai kau menyelesaikan bacaan qur’an surat Ar-Rahman mu. .aku mengecup pipimu lalu berkata,”ada mas kukuh di sini, sekarang ini. Adalah salah satu nikmat yang tidak bisa kudustakan” 

-Apa yang kamu harapkan dari pernikahan ini?
Pintu syurga yang terbuka lebar untuk kami, khususnya untuk ku. Ada hadist shahih yang menyebutkan bahwa"Apabila seorang wanita telah melaksanakan shalat 5 waktu,  puasa pada bulan ramadhan, menjaga harga dirinya dan menaati perintah suaminya maka ia diundang di akhirat untuk menuju syurga berdasarkan pintu mana yang ia suka (dari ke-empat itu)". Sehebat apapun seorang wanita, sehebat apapun sembayang dan puasanya, jika ia belum menikah maka tidak akan bisa mendapatkan pintu yang keempat. sedangkan aku, Allah memberiku kesempatan berhadapan dengan pintu yang keempat itu. Haruskah kusiakan? Harapanku, pintu baru yang siap terbuka untukku itu semoga aku bisa menjaganya dengan baik, agar tetap terbuka hingga suatu hari nanti ia dapat kumasuki. Pintu baru yang terbuka, kuibaratkan dengan kehidupan yang baru pula.  Harapanku, suamiku selalu memberikan ridho nya padaku sehingga Allah pun meridhoi ku aamiin ya Rabbal alamiin.
" Apabila seorang wanita ( istri ) itu telah melakukan shalat lima waktu , puasa bulan Ramadhan , menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya , maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka ( sesuai pilihannya ) . "( HR. Ahmad , Ibnu Hibban dan Thabrani ) - See more at: http://iislam-id.blogspot.com/2014/02/ini-dia-4-syarat-wanita-masuk-surga.html#sthash.BNeKvzVN.dpuf
- Sesungguhnya tidak sulit bagi seorang wanita untuk meraih surge Allah. Paling tidak ada 4 hal yang bisa dilakukan seorang wanita untuk masuk surga. Sahabat yang dirahmati Allah ,  Rasulullah saw bersabda yang artinya : " Apabila seorang wanita ( istri ) itu telah melakukan shalat lima waktu , puasa bulan Ramadhan , menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya , maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka ( sesuai pilihannya ) . "( HR. Ahmad , Ibnu Hibban dan Thabrani ) - See more at: http://iislam-id.blogspot.com/2014/02/ini-dia-4-syarat-wanita-masuk-surga.html#sthash.BNeKvzVN.dpuf
- Sesungguhnya tidak sulit bagi seorang wanita untuk meraih surge Allah. Paling tidak ada 4 hal yang bisa dilakukan seorang wanita untuk masuk surga. Sahabat yang dirahmati Allah ,  Rasulullah saw bersabda yang artinya : " Apabila seorang wanita ( istri ) itu telah melakukan shalat lima waktu , puasa bulan Ramadhan , menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya , maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka ( sesuai pilihannya ) . "( HR. Ahmad , Ibnu Hibban dan Thabrani ) - See more at: http://iislam-id.blogspot.com/2014/02/ini-dia-4-syarat-wanita-masuk-surga.html#sthash.BNeKvzVN.dpuf

Pas Lagi Sakit

12 Februari 2014
Subhanallah. Maha Suci Allah. .
Seandainya rasa sakit jasad bisa direkam, untuk kemudian disimpan dan bisa dirasakan sewaktu tiap kali tidak dapat menghadapi godaan untuk berbuat maksiat. Sungguh manusia tempatnya lalai. Sadar dan bertaubat ketika diuji dan diberi cobaan, namun dengan mudah melalaikan taubatnya ketika diberi nikmat dan kesenangan. 
 
Pemikiran manusia setiap kali diberi sakit oleh Allah berbeda-beda. Ada yang berpikir bahwa Allah sedang menghukum, sebab ketika sakit tetiba teringat akan semua maksiat yang dilakukannya disaat sehat. Biasanya ia akan berkata,”ini adalah hukuman dari Allah di dunia” atau “ini adalah hukuman dari Allah yang disegerakan”. Ada berpikir bahwa Allah sedang menguji, sebagaimana orang mukmin yang sedang diuji kesabarannya sehingga ia menjadi hamba yang semakin baik derajatnya dan bertambahlah ketaqwaannya. Biasanya ia akan berkata,”saya sedang dicoba, sedang diuji berupa mendapatkan sebuah penyakit. Akankah saya berpaling dari Nya, memohon kesembuhan pada Nya atau menyerah dan berpaling dariNya”. 
 
Baru saja saya mencoba menggunakan sudut pandang yang demikian dalam menyikapi rasa sakit jasad atau badaniah yang saya alami. Amat terasa pedih saat sekitar dua jam yang lalu jahitan bekas operasi klavus yang ada di telapak kaki saya dibuka oleh perawat. Ada 8 jahitan dan rasanya seperti disentak setiap kali satu ikatan benang berhasil dicabut. Dan sentakan itu terasa amat membuat pedih di satu titik sampai saya berpikir jangan-jangan tercabutnya benang itu meninggalkan luka dan titikan darah. Padahal ternyata tidak. Belum lagi terdengar suara seperti kawat digunting. Semakin terasa jelas bahwa yang dicabut adalah benda keras. Mungkin yang membuat perih adalah saat daging bergesekan dengan benang kawat tersebut setiap kali dicabut. Pedih yang dirasa malah seolah bertambah pedih dan nelangsa di hati saat memikirkan maksiat-maksiat yang mungkin sudah dilakukan kaki saya sehingga Allah memberi hukuman melalui rasa sakit ini dan dalam hati saya melirihkan doa agar dosa-dosa saya diampuni. Dan bertambah pedih juga saat saya membayangkan ini adalah ujian dari Allah. Rasanya,ya Allah. . ini ujian. Jadi wajar jika pedih. Tapi entah kenapa malah jadi tambah pedih. Dua metode sudut pandang sudah saya coba pada saat itu tapi tidak meringankan perasaan dan beban pedih yang saya tanggung. Seketika saya berpikir bahwa ini adalah sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang saya rasakan adalah saya membayangkan bahwa seandainya dicabut nyawa pedihnya seperti ini maka alangkah ringannya. Alangkah mudahnya, alangkah sederhananya rasa sakit yang saya rasakan. Jadi saat itu saya tidak memikirkan bahwa saya sedang dihukum atau diuji. Yang saya pikirkan adalah saya sedang dicabut nyawa. Rasanya jadi tidak seberapa pedih, mengingat sabda Rasulullah tentang betapa sakitnya saat ruh tercerabut dari jasad. Rasa sakit saya belum ada apa-apanya dibanding itu. Ya Rabbii Alahummaghfirliii. . 
 
Selesai dilepas jahitan, kemudian ditutup dengan kassa dan plester. Saya pulang dengan berjalan agak ‘dengklang’ dan masih tetap menahan sisa-sisa perih di bekas jahitan. Menyusuri lorong rumah sakit dengan merasakan perih dan tertatih seperti itu, tiba-tiba teringat bagaimana nanti saya akan berjalan di atas shiratal mustaqim di akhirat kelak. Atau ketika berjalan di atas api neraka. .naudzubillahimindzalik. sungguh rasa sakit saya belum ada apa-apanya. Bahkan dikatakan siksaan yang paling ringan di neraka adalah siksaan untuk paman Rasulullah, Abu Thalib yaitu memakai sandal panas di kaki kirinyayang dapat membuat otak mendidih. Seperti apakah rasanya itu. Ya Rabbii.. Allahumma ajirna minannaar. . Allahumma ajirna minannaar. . Allahumma ajirna minannaar. . 
 
Kenikmatan tertinggi dalam merenung dan introspeksi diri salah satunya ada pada saat seorang hamba ditimpa ujian berupa sakit. Nikmatnya istighfar(ketika teringat pedihnya sakit yang diderita belum seberapa pedih siksa neraka), nikmatnya mengucapkan kalimat hamdalah (ketika teringat nikmat semasa sehat), nikmat bertasbih dan bertakbir (ketika menyadari Allah maha menimpakan segala sesuatu pada hambaNya baik berupa nikmat ataupun pedih). 
 
Jadi, haruskah rasa sakit itu benar-benar direkam? Untuk kemudian dapat dirasakan kembali hanya untuk kembali mengingat taubat setiap kali ada godaan bermaksiat ketika sehat. Sepertinya tidak. Yang perlu hanyalah membuat catatan seperti ini agar ketika sehat saya tetap bisa mengingat baik-baik bahwa saya pernah mengalami perenungan semacam ini. Dan seharusnya tidak perlu menunggu diberi sakit lagi untuk mengingatnya kan? Sudah tau pedih. Sudah tau punya perenungan seperti ini kenapa tidak dijadikan pelajaran dan selalu ingat? Mungkin yang akan jadi PR besar saya ketika sudah kembali berjalan kaki selayaknya orang normal adalah mensyukuri nikmat sehat dan nikmat kaki yang Allah beri. Sebab ketika tidak bisa menggunakan kaki kiri saya sebagaimana mestinya seperti ini adalah, seharusnya saya tidak banyak mengeluh ketika kaki saya hanya didera rasa pegal karena berjalan jauh. Pegal lho. Hanya pegal. Pegal karena berjalan adalah nikmat bagi orang yang nikmat berjalannya sedang dicabut oleh Allah (seperti yang saya rasakan). Seharusnya saya juga lebih menggunakan kaki saya dengan lebih maksimal untuk mendatangi majelis-majelis ilmu dan beraktivitas yang baik-baik. Sebab ketika sakit, sungguh deh. . membawa tubuh ini ke pekarangan belakang rumah saja saya sudah ngos-ngosan karena mesti lompat-lompat dengan satu kaki dan dibantu dengan kruk.
maka benarlah, Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan, .

Allahummaghfirlii. .
Subhanallah walhamdulillah walaa ilaa hailallahuallahu akbar . .