Bab ini sebenarnya sangat tabu untuk dibicarakan di buku penting kayak gini. Tapi, saya nggak punya pilihan lain. Masalahnya, pelaku-pelaku yang suka sembarangan membuang 'sesuatu yang tak berwujud' itu emang harus diangkat ke media! Jadi, di bab ini saya blak-blakan aja deh ya. Ini salah satu kelakuan Trio Kwek-Kwek KKN kami. Buat yang mau meneruskan membaca (disarankan yang 17 taun ke atas), silakan. Bagi yang nggak kuat, silakan lambaikan tangan ke kamera. Check it out, mau cerita tentang apa sih saya sebenarnya?
Ini dia. .
Apa saya bilang! Prediksi saya tentang kentut, bener
kan. Kalo masalah yang satu ini, cowok pasti bakal pasang muka tebel. Bagi
mereka, kentut adalah hal yang wajar. Nggak kentut maka nggak sehat. Iya juga
sih, tapi kan sebagai manusia perguruan tinggi (biar agak intelek), mbok ya
jangan kentut sembarangan. Di negara
ini, cukup sampah yang dibuang sembarangan. Nggak usah kentut pake dibawa-bawa
segala! Tapi emang dasar cowok, kalo ditegur tentang ini bukannya malah ngerti,
malah menjadi-jadi. Kalo nggak pada percaya, saya mau ngutip perkataan kormasit
(Kormasit adalah semacam makhluk yang bertugas sebagai koordinator para
mahasiswa KKN di tingkat sub unit. Dan di sub unit saonek, makhluk itu adalah
Taufiq),” Di koramil, kalo udah malem dikiiiit aja, bakalan terdengar
suara-suara aneh dari dalam koramil (karena tata bahasa nya yang baik, jadi
biar saya aja yang memperjelas apa yang ia maksud dengan suara-suara aneh itu;:
ngorok, KENTUT, ngigo dan temen-temennya). Itu hampir selalu terdengar kalo
saya lagi pulang malem sehabis dari silaturahmi ke Pak Sek Des ato karena
tuntutan pekerjaan sebagai kormasit”.
Pelakunya tentu aja Trio Kwek-kwek. Kalo nggak
Imron, Mamer, ya Hardi. Kalo ditegur, malah makin menjadi. Malah mereka jadi
punya gaya baru kalo mau kentut. Yaitu, kalo mau kentut, siul dulu. Pernah nih,
saya lagi asik-asik baca buku di halaman belakang rumah. Trus ada Mamer keluar
dari kamar mandi. Sebelum masuk rumah, di ambang pintu sempet-sempetnya manggil
saya.
“Aiy!”
“Apa?”, refleks, saya noleh.
Dia tersenyum ke saya (ini termasuk gelagat
mencurigakan).
“Aku mau siul. Fyuwwww...”
BROTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!
“Aaaaakkk! Mameeeeerrrrr jorooooookkkk!!!!!!!!!!!”,
saya langsung pergi tanpa perlu mengidentifikasi tingkat kebauannya. Jorok
banget sih tu anak!
Suatu hari,
kita lagi bikin lomba membuat poster. Pesertanya, anak-anak SD kelas 4, 5 dan
6. Lomba ini diadakan di ruang KKG (semacam ruang kesenian dan olah raga). Di
dalamnya ada enam meja-meja panjang yang bisa digunakan untuk kerja kelompok. Jadi,sistem
lombanya adalah membagi satu kelas menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok
bekerja di satu meja. Setelah kertas manila ukuran A3 dan spidol serta
alap-alat warna dibagikan, masing-masing kelompok diberi waktu 60 menit untuk
membuat sebuah poster yang bertema lingkungan. Ada yang tentang melestarikan
terumbu karang, ajakan menanam mangrove, menjaga kebersihan sekolah, dan
sebagainya. Sementara anak-anak sibuk membuat poster, kami juga jadi ingin
ikutan. Maklum, waktu SD nggak pernah kedatangan kakak-kakak KKN yang kreatif
kayak gini dan ngajakin nggambar poster sih. Hehe.
“Ndah, kertasnya masih sisa nggak?”, tanya Saya ke
Indah yang lagi duduk di atas meja guru (mentang-mentang nggak ada guru nya).
“Masih kok,masih sisa satu nih”,jawabnya.
“Kita bikin poster juga yuk! Aku punya ide!”,ajakku
sambil tersenyum lebar penuh arti.
“Ayok! Ayok!”, Indah antusias banget sama ajakan
saya. Agaknya dia juga setuju tentang masa SD yang kurang bahagia karena nggak
pernah kedatangan kakak-kakak KKN yang ngadain acara bikin poster.
“Kita nggambar apa ya....”, indah berpikir keras.
“Kita harus bakal bikin sebuah poster yang keren!
Ini tentang lingkungan juga, Ndah! “, kataku serius, sambil mulai membuat garis
tepi dengan spidol.
“Emang kita mau bikin poster apa e?”, tanya Indah.
“Oke! Jadi, kita akan membuat poster DILARANG KENTUT
SEMBARANGAN. Dan poster ini akan kita pajang di RUANG TAMU di koramil!”,
sementara ini Indah melongo, saya lanjut menjabarkan konsep desain gambar yang
akan direalisasikan.
“Jadi, aku mau bikin plankton di sini, trus dia lagi
kentut. Harus ada tulisannya ‘BROTTTTTTT’, lalu di belakangnya ada spongebob
sama patrick. Spongbob lagi lari tunggang langgang, patrick kesembur, kedorong
kentutnya plankton. Trus kita tulisin untuk kalimat posternya ‘DILARANG KENTUT
SEMBARANGAN!’ ”, jelasku.
Indah tertawa terpingkal-pingkal sambil
manggut-manggut, “Setuju mbak! Setuju! Trus gambar stik PES juga mbak. Mereka
kan suka mai PES!”, kata Indah. Giliran saya yang melongo, tapi beberapa detik
kemudian saya ikut tertawa devil.
“Baiklah! Let’s do it!!”, saya dan indah langsung
mengambil spidol. Indah menggambar plankton sedangkan saya menggambar spongebob
dan patrick. Anak-anak asik sendiri, kita juga dong! Haha. Saya dan Indah
semakin menggebu berkreasi. Mendadak jadi muncul sungut invisible di atas
kepala kami, nggambarnya jadi kayak orang kesetanan. Sesekali berhenti
menggambar karena tidak sanggup menahan tawa.
Beberapa anak mendekat, mungkin tertarik dengan
aktivitas ‘kesetanan’ kami. “Wah! Gambar Kak Aini bagusss!!”, teriak Fitri,
salah satu murid kelas enam.
“Taradaa! Gambar kak indah lebih bagus! “, sanggah
Usman.
“Kakak! Kakak! Yang gambar spongebob siapa kah?
Bagus ne?”
“hahahahaha gambar kentut! Dambar dilarang kentut!
Hahaha”
Mendadak kelas jadi riuh. Ini yang ngadain lomba
siapa, yang bikin kacau juga siapa. Hahaha. Sementara Saya meneruskan gambar,
Indah kembali mengkondisikan perlombaan. Anak-anak yang tadinya menghampiri
kami, satu persatu mulai tertib kembali ke kelompok masing-masing.
“Wah...nggak bilang-bilang nih pada nggambar! Ikutan
dong!”, tiba-tiba sebuah suara testosteron memecah suasana. Imron!
“Apaan nih? D-i-l-a-r-a-n-g k-e-n-t-u-t. Hah? Dilarang
kentut? Hahahahahahah!”
“Iya! Buat dipasang di koramil nih! Biar semua yang
pada dateng ke koramil pada tau kalo kalian suka kentut sembarangan!”, kata
saya berapi-api.
“Wah! Pelanggaran nih, pelanggaran! Ahahaha. Sini
gue bantuin! “, dia langsung ambil krayon, malah mbantuin kita ngewarnain
dengan sigap. Saya malah bingung. Indah udah ada di samping saya dan dia juga
ikutan bengong.
“Eh Ndah, bukannya kita lagi nggambar tentang dia
yak? Kenapa dia malah semangat banget mbantuin kita nggambar?”,bisik saya ke
Indah.
“Ho oh Mbak, nggak tau tuh. Hahahahaha yowes Mbak,
lanjut aja!! hahahahaha!”, jawab Indah. Akhirnya kita bertiga menyelesaikan
poster itu, kali ini dengan pelaku yang malah juga ikut mbantuin. Malah dia
nambahin ‘semburan’ kentut nya dengan jilatan api-api yang membara. Hyaksss!
Setelah lomba berakhir mungkin wajar kalo kita foto bareng dengan anak-anak beserta
poster karya mereka. Yang konyol kalo kita malah juga foto bareng dengan poster
DILARANG KENTUT SEMBARANGAN yang kami bikin. Dan itulah yang terjadi! Hahaha!
Esoknya, beneran itu poster ditempel di ruangan
koramil. Sama Mas Taufiq malah dibingkai pakai kayu trus dipajang di atas ruang
makan, di atas meja makan! Ugh.. +____+
Hahahahhaa...q kangen mukamu yg abis dkentutin Ainii.. Fuiihhhh... tuuutt..."merdu.." hahaha
BalasHapusheh -__-
BalasHapus