Hadiah terindah adalah ketika saya mendapatkan gambaran diri saya lewat lukisan orang lain. lukisan itu tidak melulu harus berupa coretan cat warna di atas kanvas, sebab lebih sering saya dapati gambaran yang disampaikan lewat tulisan bisa menjadi lebih jelas daripada gambar itu sendiri.
dan saya ingin berterimaksaih untuk sahabatku Lelia. Kado terindah, kalo saya bilang (walupun saya nggak lagi ulangtaun, tapi ini sungguh kayak dikasih kado). hehe
I.N. Aini ( The Beauty of Simplicity)
Aini adalah kesederhanaan. Banyak yang bilang dia polos, entah dengan
kecondongan ke kanan atau ke kiri. Banyak juga yang menyayangkan
kepolosannya. Bahkan kata polos dan bodoh pernah menjadi bahan
pikirannya cukup lama.
Tapi menurutku aini adalah representasi dari kata sederhana. As I always said, simplicity isn’t simple et all, bagiku. Dan itu ada pada aini. Jika saya ditanya, siapa yang paling ingin contoh karakter dasarnya, saya akan menjawab, aini.
Berpikir tentang aini adalah berpikir tentang kesederhanaan. Apa yang
dia tampilkan, apa yang dia pikirkan, apa yang dia inginkan. Semuanya
tentang kesederhanaan. Dia tidak memiliki banyak keinginan, dia
membiarkan yang hendak terjadi, terjadilah. Yang seharusnya terjadi
biarlah terjadi. Dan dia memiliki alur berpikir yang sederhana.
Entahlah, barangkali dia berpikir tidak usah mengintervensi Tuhan dalam
mengerjakan kehendakNya, barangkali dia berpikir mungkin manusia hanya
menunggu dan tahu jadi saja, selebihnya urusan Tuhan. Termasuk saat
hp-nya hilang, termasuk saat ia dianggap tidak bisa masak, tidak pernah
masak, semua anggapan itu seolah bahkan tidak pernah mengusiknya.
Apa yang dia inginkan tentang masa depan, dia pernah bercerita, mengalirlah saja. As simple as that.
Melihat aini, timbul dalam benakku sebuah view di bawah pohon rindang
yang didepannya mengalir sungai jernih yang mengalir pelan. Tenang.
Maka tak heran, aini paling rusuh saat ada sesuatu ekstrem yang dia
alami, misalnya mundurnya kormanit yang terhitung tiba-tiba, aini
menjadi yang pertama kali bereaksi. Dan ia menyimpan pengalaman itu lama
di benaknya.
Aini itu, kawan yang special. Ia mudah sekali menerima apa yang
diberikan padanya, termasuk tugas-tugas, ia akan dengan lapang tangan
menerima dan mengerjakan. Seorang kawan menyebutnya “calon istri yang
berbakti pada suami”. Karena kepolosannya banyak yang sering merasa
gemes padanya, bukan lamban tapi polos. Ia tidak pernah mempertanyakan
perlakuan yang tidak adil, karena diotaknya (barangkali) semua perlakuan
adalah adil, hehe. Berpikiran positif barangkali menjadi alasannya
selalu sederhana. Ia selalu mudah tertawa, tertawa dengan sederhana,
tidak pernah terpingkal, wajah yang tanpa ekspresi, jika sedih dan
takutpun biasa. Ibarat jus, aini adalah jus timun.
Pada masa sebelum keberangkatan KKN, aini menemaniku belanja untuk
keperluan sub-unit, seperti beras, mie, kopi, susu, dan sebagainya.
Termasuk melengkapi keperluan program untuk alat tulis. Pada waktu
belanja itu, saya mendapat gambaran bahwa beruntungnya jadi aini yang
berpikir sederhana. Dari sekian banyak kesederhanaan yang ia tampilkan
pada performance, pikiran, harapan, dan sikap, yang paling membuatku iri
adalah jalan pikirannya. Itu hal besar yang ingin aku miliki selama aku
hidup seumur-umur.
Sebagaimana saya sering mendapat masalah karena terlalu banyak
berpikir, maka jika saja pada awal perjanjian kehidupan saya bisa
memilih, saya memilih jalanpikiran yang dimiliki aini. Eump, tapi duhai
ALLAH, saya tidak pernah menyesal dan tidak pula sedang berandai-andai. Current condition of me is the best part, the best gift, coz You always gives us the best. I do do do believe it more and more.
And also current condition of aini is the best gift for her. There’s no crossed gift.
Coz Aini is the beauty of simplicity.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar