Indias Nurul Aini

Foto saya
“Jangan Percaya Saya” Saya adalah seorang gadis kecil yang suka berbohong Kalau saya pinokio, maka hidung saya pastilah akan bertambah panjang tiap kali saya tersenyum dan tertawa sambil berkata,”hahaha saya baik-baik saja ^___^ “ dan kalau rahasia bisa diuangkan, pastilah saya sudah kaya raya

Jumat, 09 November 2012

Anak-anak Ashabul Ukhdud (1)


Melihat blog seseorang, yang selalu menuliskan ,” every child are special” pada akhir tulisannya mengingatkan saya bahwa saya pun dulu pernah merasakannya dan saya amat setuju dengannya.
Ini cerita dulu ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 Madrasah Aliyah (setingkat SMA).  Syarat kelulusan ada tiga yaitu UAN, hafalan dan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat).  PPM itu apa sih? Waktu itu banyak yang bilang, PPM itu seperti KKN. Dulu saya manggut-manggut aja, karena nggak tau KKN itu apa. ^^a
Tapi setelah jadi mahasiswa, saya baru  tau ternyata PPM memang sejenis KKN. Hanya saja mungkin waktu nya lebih singkat yaitu 2 minggu sedangkan KKN bisa 1 bulan bahkan 2 bulan.
Karena waktu itu saya masih kecil, saya berpikiran, pasti nggak enak deh tinggal di kampung yang jauh dari kota. Lalu masak sendiri (di asrama kan dimasakin bibi dapur), lalu nyuci sendiri (di asrama, saya laundry, hehe), lalu nggak kebayang dapet rumah yang enak atau enggak. Lalu dapet desanya yang enak atau enggak. >_< Berhubung saya termasuk orang yang tidak suka keluar dari zona nyaman, maka membayangkan hal itu membuat saya hanya bisa berdoa dalam hati,”Hanya dua minggu, Ay,,dua minggu cepatlah berlalu”.
Di hari diumumkan kelompok PPM berikut desa nya, saya berdoa semoga saya dapat desa yang dekat dengan tempat-tempat seru atau paling tidak yang tidak terlalu jauh aksesnya dari kota (jadi bisa jalan-jalan). Ketika diumumkan saya dapat desa Rajadanu bersama 9 teman saya yang lain(kalo nggak salah sih iya 10 orang  per kelompok PPM nya), saya bingung harus berekspresi apa karena saya baru kali ini mendengar nama desa itu. Saya agak iri sih dengan teman-teman yang mendapat PPM di desa Sangkanhurip , desa itu termasuk wilayah pariwisata jadi sudah ramai dan tentu banyak tempat seru nya. Akses transport otomastis menjadi lebih mudah. Hmmm..,Desa Rajadanu. .  Ternyata di sana lah saya bertemu dengan anak-anak yang tangguh, cerdas dan pintar. Rasa keingintahuan yang dapat kulihat di setiap mata-mata berseri yang mendatangi kami menjelang shalat subuh untuk mengajak shalat di musola bersama, yang mendatangi kami selepas mahrib untuk mengaji. Di sana pula saya menemukan sosok kepribadian anak luar biasa hebat seperti Alek, yang diam diam seringkali harus menangis karena ingin belajar dan bermain bersama kami namun lebih memillih membantu ibunya. Dia dan ibunya hidup hanya beruda. Ian yang selalu ringan tangan membantu, Budi yang dewasa, Ade yang walaupun nakal namun ternyata punya sisi hati yang lembut, anak-anak yang bersemangat sekolah, mereka anak-anak lain yang tak pernah kujumpai di belahan dunia manapun selama 16 tahun aku menarik dan membuang nafas.
 Pada akhirnya, mereka terlibat dalam satu pementasan drama besar dari naskah yang kubuat di acara penutupan PPM kami. 

Drama tersebut,awal mula mereka memiliki sebuah julukan manis,"Anak-anak Ashabul Ukhdud".  Betapa manis ketika saya memanggil mereka melalui mikrophone masjid,"Anak-anak ashabul ukhdud, dimohon kehadirannya di masjid sekarang juga untuk berlatih drama", lalu mereka datang dan benar-benar menghabiskan suaraku karena harus berteriak-teriak mengatur dan melatih mereka untuk memainkan naskahku dengan baik. let’s start the real amazing story . . . =D
Setelah melalui tahapan pembukaan PPM , pembekalan PPM dan akhirnya pelepasan PPM..kami bersepuluh berangkat ke Desa Rajadanu dengan menyewa angkutan umum (sebut saja angkot #karena namanya memang angkot), hehe. Saya lupa ada dua angkutan umum atau satu angkutan umum yang disewa untuk pemberangkkatan satu kelompok. Angkutan itu memuat kami dan juga barang-barang bawaan untuk kami hidup dua minggu di sana. Ada barang-barang pribadi, barang-barang kelompok, buku2 sumbangan dan baju-baju sumbangan yang berhasil kami kumpulkan untuk dibagikan.  Setengah jam lebih perjalanan,  melalui jalanan yang berkelok-kelok yang menurun menjauhi lereng Gunung Ciremai tempat asrama kami berada., . akhirnya kami sampai di  Desa Rajadanu. Angkutan kami berhenti di sebuah rumah warga. Rumah itu memiliki halaman tanah  yang tak berpagar. Tak ada teras juga. Hanya ada pohon mangga besar yang berdiri kokoh di depan rumah.  Lalu kami turun, disambut dengan Sang Pemilik Rumah, namanya Bu Icih (nama khas sunda sekali yaaa ^^). Bu icih menyambut kami sambil menggendong seorang gadis kecil umur .... emmm TK kecil umur berapa tuh? Ya..segitu lah pokoknya.  Gadis kecil bermata binar dan berambut panjang itu namanya Indah.
“Asslamulaikum, Bu. . .”, kami  satu persatu menyalami Bu Icih , mencium tangannya yang sdisambut senyuman lebar dan jawaban salam dari Bu Icih. Bu Icih seorang warga yang  ramah, ternyata. Rumah yang akan kami tempati sebenarnya adalah rumah saudara perempuan Bu Icih yang sudah lama tidak tinggal di situ karena ikut tinggal bersama suaminya di Jakarta.  Bu Icih punya dua orang anag yaitu Indah dan Budi. Budi kelas 5 SD (atau 6 SD ya saya lupa). Dan ada satu anak lagi yang tinggal bersama mereka, yaitu Ian, saudara sepupu Budi. Budi dan Ian sama usianya.  
Selama dua minggu di sana, ternyata sangat berkesan sekali. ^^
Rumah yang selalu ramai,
Rumah yang selalu didatangi anak-anak
Rumah yang selalu berwarna
Rumah yang tak terlupakan. . 

^__^ 

Bersama Bu Icih, Indah, Budi, Alek, dan temanku yang pandai mendongeng (namanya Uswah). Itu yang lagi kurangkul, saya lupa namanya ‘__’

(to be continue. . )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar