Melihat blog seseorang, yang selalu menuliskan ,” every child are
special” pada akhir tulisannya mengingatkan saya bahwa saya pun dulu pernah
merasakannya dan saya amat setuju dengannya.
Ini cerita dulu ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 Madrasah
Aliyah (setingkat SMA). Syarat kelulusan
ada tiga yaitu UAN, hafalan dan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat). PPM itu apa sih? Waktu itu banyak yang
bilang, PPM itu seperti KKN. Dulu saya manggut-manggut aja, karena nggak tau
KKN itu apa. ^^a
Tapi setelah jadi mahasiswa, saya baru tau ternyata PPM memang sejenis KKN. Hanya
saja mungkin waktu nya lebih singkat yaitu 2 minggu sedangkan KKN bisa 1 bulan
bahkan 2 bulan.
Karena waktu itu saya masih kecil, saya berpikiran, pasti nggak enak
deh tinggal di kampung yang jauh dari kota. Lalu masak sendiri (di asrama kan
dimasakin bibi dapur), lalu nyuci sendiri (di asrama, saya laundry, hehe), lalu
nggak kebayang dapet rumah yang enak atau enggak. Lalu dapet desanya yang enak
atau enggak. >_< Berhubung saya termasuk orang yang tidak suka keluar
dari zona nyaman, maka membayangkan hal itu membuat saya hanya bisa berdoa
dalam hati,”Hanya dua minggu, Ay,,dua minggu cepatlah berlalu”.
Di hari diumumkan kelompok PPM berikut desa nya, saya berdoa semoga
saya dapat desa yang dekat dengan tempat-tempat seru atau paling tidak yang
tidak terlalu jauh aksesnya dari kota (jadi bisa jalan-jalan). Ketika diumumkan
saya dapat desa Rajadanu bersama 9 teman saya yang lain(kalo nggak salah sih
iya 10 orang per kelompok PPM nya), saya
bingung harus berekspresi apa karena saya baru kali ini mendengar nama desa
itu. Saya agak iri sih dengan teman-teman yang mendapat PPM di desa
Sangkanhurip , desa itu termasuk wilayah pariwisata jadi sudah ramai dan tentu
banyak tempat seru nya. Akses transport otomastis menjadi lebih mudah.
Hmmm..,Desa Rajadanu. . Ternyata di sana
lah saya bertemu dengan anak-anak yang tangguh, cerdas dan pintar. Rasa
keingintahuan yang dapat kulihat di setiap mata-mata berseri yang mendatangi
kami menjelang shalat subuh untuk mengajak shalat di musola bersama, yang
mendatangi kami selepas mahrib untuk mengaji. Di sana pula saya menemukan sosok
kepribadian anak luar biasa hebat seperti Alek, yang diam diam seringkali harus menangis
karena ingin belajar dan bermain bersama kami namun lebih memillih membantu
ibunya. Dia dan ibunya hidup hanya beruda. Ian yang selalu ringan tangan membantu, Budi yang dewasa, Ade yang
walaupun nakal namun ternyata punya sisi hati yang lembut, anak-anak yang bersemangat sekolah, mereka anak-anak lain
yang tak pernah kujumpai di belahan dunia manapun selama 16 tahun aku menarik
dan membuang nafas.
Pada akhirnya, mereka terlibat dalam satu pementasan drama besar dari naskah yang kubuat di acara penutupan PPM kami.
Drama tersebut,awal mula mereka memiliki sebuah julukan manis,"Anak-anak Ashabul Ukhdud". Betapa manis ketika saya memanggil mereka melalui mikrophone masjid,"Anak-anak ashabul ukhdud, dimohon kehadirannya di masjid sekarang juga untuk berlatih drama", lalu mereka datang dan benar-benar menghabiskan suaraku karena harus berteriak-teriak mengatur dan melatih mereka untuk memainkan naskahku dengan baik. let’s start the real amazing story . . . =D
Setelah melalui tahapan pembukaan PPM , pembekalan PPM dan akhirnya
pelepasan PPM..kami bersepuluh berangkat ke Desa Rajadanu dengan menyewa
angkutan umum (sebut saja angkot #karena namanya memang angkot), hehe. Saya
lupa ada dua angkutan umum atau satu angkutan umum yang disewa untuk
pemberangkkatan satu kelompok. Angkutan itu memuat kami dan juga barang-barang
bawaan untuk kami hidup dua minggu di sana. Ada barang-barang pribadi,
barang-barang kelompok, buku2 sumbangan dan baju-baju sumbangan yang berhasil
kami kumpulkan untuk dibagikan. Setengah
jam lebih perjalanan, melalui jalanan
yang berkelok-kelok yang menurun menjauhi lereng Gunung Ciremai tempat asrama
kami berada., . akhirnya kami sampai di Desa Rajadanu. Angkutan kami berhenti di
sebuah rumah warga. Rumah itu memiliki halaman tanah yang tak berpagar. Tak ada teras juga. Hanya
ada pohon mangga besar yang berdiri kokoh di depan rumah. Lalu kami turun, disambut dengan Sang Pemilik
Rumah, namanya Bu Icih (nama khas sunda sekali yaaa ^^). Bu icih menyambut kami
sambil menggendong seorang gadis kecil umur .... emmm TK kecil umur berapa tuh?
Ya..segitu lah pokoknya. Gadis kecil
bermata binar dan berambut panjang itu namanya Indah.
“Asslamulaikum, Bu. . .”, kami satu persatu menyalami Bu Icih , mencium
tangannya yang sdisambut senyuman lebar dan jawaban salam dari Bu Icih. Bu Icih
seorang warga yang ramah, ternyata.
Rumah yang akan kami tempati sebenarnya adalah rumah saudara perempuan Bu Icih
yang sudah lama tidak tinggal di situ karena ikut tinggal bersama suaminya di
Jakarta. Bu Icih punya dua orang anag
yaitu Indah dan Budi. Budi kelas 5 SD (atau 6 SD ya saya lupa). Dan ada satu
anak lagi yang tinggal bersama mereka, yaitu Ian, saudara sepupu Budi. Budi dan
Ian sama usianya.
Selama dua minggu di sana, ternyata sangat berkesan sekali. ^^
Rumah yang selalu ramai,
Rumah yang selalu didatangi anak-anak
Rumah yang selalu berwarna
Rumah yang tak terlupakan. .
^__^
Bersama Bu Icih, Indah, Budi, Alek, dan temanku yang pandai
mendongeng (namanya Uswah). Itu yang lagi kurangkul, saya lupa namanya ‘__’
(to be continue. . )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar