Indias Nurul Aini

Foto saya
“Jangan Percaya Saya” Saya adalah seorang gadis kecil yang suka berbohong Kalau saya pinokio, maka hidung saya pastilah akan bertambah panjang tiap kali saya tersenyum dan tertawa sambil berkata,”hahaha saya baik-baik saja ^___^ “ dan kalau rahasia bisa diuangkan, pastilah saya sudah kaya raya

Senin, 07 Oktober 2013

Mitos Tentang Sukses

Sukses itu apa?


Ketika bayi, sukses adalah bisa duduk tegak, merangkak, bicara, dan berjalan di masa-masa yang biasanya bayi lain sudah memiliki kemampuan untuk itu.

Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, sukses adalah The Best Ten. Rangking 1, maka paling sukses.

Ketika beranjak ke bangku Sekolah Menengah Pertama, sukses adalah lulus dengan NEM yang cukup untuk masuk ke SMA favorit.

Ketika sampai kepada Sekolah Menengah Atas, sukses adalah lulus dengan NEM tinggi dan mampu diterima di Perguruan Tinggi Negeri

 Ketika di Perguruan Tinggi, sukses adalah lulus kuliah minimal tepat waktu dengan IPK minimal 3,00 atau syukur-syukur, cumlaude.

Ketika telah menjadi sarjana, sukses adalah diterima bekerja alias tidak menjadi pengangguran.

Lalu di dunia kerja, sukses adalah yang ada di posisi dengan gaji besar (belum tau  juga sih, wong belum ngalamin. hhe..)

Bekerja namun belum married? Nonono, at that time, jomblo is not good. Pasti banyak yang bertanya,"kapan menikah?".  Sudah bekerja namun belum bertemu jodoh adalah kesuksesan yang belum sempurna (nggak tau juga sih, ini juga masih katanya. hhe..)

Ketika menikah, sukses adalah memiliki momongan. Menikah tanpa dapat menghasilkan keturunan, itu tidak sukses.

Dan itu semua adalah, KATANYA.
Mitos tentang sukses, ternyata amat mengerikan. Belum cukup sampai di sini,pasangan yang sudah dikaruniai keturunan pun kadang masih ditanya,"kapan si kakak punya adik?" 

Dan yang akan terjadi selanjutnya adalah kesuksesan si  orang tua akan dilihat dari kesuksesan si anak. 
Dimulai dari bayi (perkembangannya apakah normal, kapan bisa duduk, kpn bs berdiri dan akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orangtuanya ketika buah hatinya mungkin agak terlambat atau terlalu cepat)

, lalu SD (rangking atau tidak), masuk SMP dan SMA favorit atau tidak, masuk PTN atau swasta, si anak cumlaude atau kemelut, mendapatkan jodoh atau tidak, kalau sudah dapat, maka kehadiran cucu yang kemudian 'ditagih-tagih'. Semua itu menjadi tolak ukur kesuksesan para orangtua dalam mendidik anak.

Semua itu adalah 'standar sukses' yang tidak akan pernah habis digulirkan oleh manusia.

Bisa dibayangkan, siapakah yang akan lelah?

Yang lelah adalah manusia yang dalam hidupnya selalu disibukkan oleh usaha untuk memenuhi standar sukses dari orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Sehingga tanpa disadari, kenikmatan menjalani hidup tidak lagi terasa, yang ada malah keharusan untuk menjalani semuanya. Sebisa mungkin seperfect apa yang ORANG-ORANG INGINKAN TERHADAP KITA.

Anak lain begini, maka kita harus begitu.
Teman kita begini , maka kita jadi ingin begitu.
Mungkin jadi lupa bertanya, APA YANG KITA INGINKAN TERHADAP DIRI KITA.

Menyamakan ritme kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Perlukah?

Menjadi terlihat hebat (atau paling tidak) sama hebatnya seperti orang lain. Haruskah?
Jawabannya adalah:

Terkadang, yang perlu dilakukan adalah menyikapi diri sendiri secara bijaksana.
Bagaimanapun, kita adalah kita. Dengan segenap peristiwa kehidupan yang tentunya tak sama dengan orang lain.


"Sangatlah tidak bijaksana untuk  kecewa terhadap diri sendiri hanya karena ia gagal menjadi seperti orang lain"



You have your own way to be success!


1 komentar:

  1. Hahaha...lucu yotsubanya..

    Walaupun begitu tetap saja adakalanya harus melawan arus (tak melulu mengalir bagai air)...
    Mungkin kalau mau mengerti arti sukses haruslah terjawab dulu pertanyaan filosofis :
    Untuk apa diciptakan? Dari mana? dan Mau kemana?

    BalasHapus