Tahun baru hijriyah menghadirkan makna tersendiri bagi kita semua umat muslim sedunia. Walaupun tanpa perayaan yang gegap gempita terompet dan gemerlap kembang api, pergantian tahun tetap bisa dimaknai dengan cara yang lebih syahdu; Ialah muhasabah atau introspeksi diri.
Ialah muhasabah,mencakup perenungan tentang betapa banyak sudah nikmat yang Allah beri kepada kita berupa satu hal yang senantiasa kita lupa bahwa ia bukan hanya penghadir sesuatu yang kita sebut dengan 'kesempatan'. Tetapi ia juga dapat menjelma menjadi pedang yang dapat menebas kapan saja apabila kita lalai bersamanya. Ialah Sang Waktu.
Ya. Bersama Sang Waktu, kita melalui tapak demi tapak kehidupan, fase demi fase pendewasaan diri, dan peristiwa-peristiwa yang mampu menempa diri, di mana kesabaran teruji dan kesyukuran begitu dimaknai. Peristiwa yang secara tidak langsung, membentuk kepribadian diri, bersama orang-orang terdekat yang datang silih berganti namun ada juga yang abadi. Silih berganti, sebab kata datang selalu teriringi kata pergi. Hanya yang terjalin ikatan yang berlandas iman dan islam lah yang kan abadi.
Entah kenapa, pada introspeksi terhadap diri saya kali ini, yang tergambar jelas adalah betapa Allah banyak memberikan nikmat bahagia kepada saya dalam satu tahun terakhir ini. Dengan kehadiran para sahabat, kekasih hati, keluarga baru, dan banyak sekali peristiwa yang cukup mengubah kehidupan saya secara spiritual dan identitas diri. Dalam kebahagiaan itu, tentulah ada banyak canda dan tawa. Sementara kita tahu, canda tawa tidaklah selalu membawa kebahagiaan yang sebenarnya apabila kita tidak memahami batasan-batasannya. Bahkan canda tawa dapat menghilangkan bentuk kesyukuran yang seharusnya dapat kita hadirkan dalam dati ketika kita sedang merasakan bahagia. Di dalam canda tawa juga, bukankah mengingat Allah menjadi urusan yang jauuuh lebih sulit untuk sekedar mampir di ingatan dibandingkan dengan ketika kita dilanda musibah?
Dalam Islam, canda dan tawa memang diperbolehkan,
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW memperbolehkan umatnya untuk bercanda, namun harus dengan
cara yang benar dan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga bercanda
tidak hanya mendapat hiburan saja, tetapi juga mendapat pahala dari
Alloh SWT.
Berikut adalah adab dan etika bercanda yang dianjurkan Rasulullah SAW.
1. Bercanda dengan niat yang baik dan tidak berdusta.
Rasulullah SAW melarang orang mengucapkan perkataan dusta demi membuat seseorang menjadi tertawa. Rasulullah SAW bersabda: "Celakalah orang-orang yang berkata dusta untuk membuat orang tertawa. Celakalah dia! Celakalah dia!" (HR. Ahmad)
Hadits di atas menjelaskan bahwa Islam melarang orang-orang mengatakan
perkataan bohong dan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, walaupun
hanya berniat untuk bercanda. Karena hal ini dapat menimbulkan fitnah
dan perselisihan.
Alloh SWT berfirman dalam al-Qur'an:
Artinya:
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia." (QS. Al-Isra: 53)
2. Tidak bercanda berlebihan dan tertawa terbahak-bahak
Islam melarang bercanda berlebihan dan tertawa terbahak-bahak karena
sesungguhnya dapat mengeraskan hati dan dapat menjatuhkkan kewibawaan
dihadapan orang lain. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati." (HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang bercanda berlebihan hingga tertawa terbahak-bahak dapat
memuat seseorang menjadi sombong serta akan menimbulkan perasangka buruk
dan tidak akan dihargai orang lain.
Rasulullah SAW mengajarkan bercanda yang tidak berlebihan sehingga
bercanda akan memberikan manfaat dan berpahala. Diriwayatkan dari sebuah
hadits, Aisyah RA menceritakan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah
SAW tertawa hingga terbahak-bahak sampai terlihat amandelnya. Beliau
hanya tersenyum saat bercanda." (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak melecehkan kelompok tertentu dalam bercanda
Islam melarang mercanda dengan melecehkan kelompok atau ras tertentu
seperti menyebut warna kulit, suku bangsa maupun bentuk fisik seseorang.
Bercanda dengan mengolok-olok perbedaan serta kekurangan fisik
seseorang, seperti menyebut dengan panggilan si Hitam, si Gendut dan si
Jangkung itu sangat dilarang dalam Islam. Bahkan Alloh SWT melaknat dan
mengutuk perbuatan tersebut.
Firman Alloh dalam al-Qur'an
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat: 11)
4. Harus menyenangkan hati orang lain
Rasulullah menganjurkan, ketika bercanda hendaknya membuat senang hati
orang lain dan tidak mengucapkan perkataan yang membuat orang lain
ketakutan. Diriwayatkan oleh Anas RA, Rasulullah SAW pernah bercanda
dengan salah satu sahabat beliau bernama Zahir ketika bertemu di pasar.
Rasulullah SAW memeluk Zahir dari belakang, lalu beliau berkata: "Wahai umat manusia, siapakah yang akan membeli budak ini?" Zahir berkata: "Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka." Rasulullah berkata: "Tapi di pandangan Alloh SWT engkau bernilai, Zahir. Mau dibeli Alloh atau manusia?" Zahir pun tersenyum bahagia dan kembali memeluk erat Rasulullah. (HR. Ahmad)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa betapa mulia hati Rasulullah SAW yang
ingin membuat hati sahabatnya bahagia dan senang dengan memberikan canda
tawa.
Dengan mengikuti adab dan etika bercanda ala Rasulullah, insya Alloh
bercanda akan membawa berkah dan manfaat bagi diri dan sesamanya, serta
mendapat pahala dari Alloh SWT.
Selamat Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1436 H. Semoga tahun ini dan tahun-tahun mendatang menjadi tahun-tahun yang indah, penuh rahmat, berkah dan ridha Allah SWT.
Sumber: http://latifclub87s.blogspot.com/2013/06/adab-dan-etika-bercanda-menurut-islam.html
dan obrolan di sosmed dg kawan2 rahimakumullah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar