Rezeki yang Allah datangkan untuk kita ada banyak sekali. Yang mana yang didatangkan terlebih
dahulu, tidak ada satu pun manusia yang tahu. Sebagaimanapun rapi manusia
merencanakan, semua akan berujung pada ketentuan Allah.
Bagi saya dan hampir
semua teman-teman wanita yang masih studi, tentunya mempunyai rencana-rencana untuk kapan
menikah. Rata-rata, jawabannya sama,”lulus dulu”, bahkan tidak sedikit ada yang
menambahkan,”kerja dulu”.
Ya, tidak salah sih.. lulus-kerja-menikah-punya anak
memang jadi top survei (kalo ini ibarat kuis famili 100) tentang kronologi
kehidupan yang ideal dan logis. Tapi ada juga yang urutannya kerja-lulus-nikah, karena dia semasa kuliahnya juga disambi kerja,dan malah asyik dengan dunia kerjanya, sehingga dia kerja dulu baru lulus (kenyataan kok, tmn saya ada yg bgini). Ada juga yang nikah dulu, baru kemudian kuliah, lalu lulus dan dapat kerja. Ah, bagi saya, bagaimanapun urutannya, sama saja. .itu cuma alur kehidupan. yang mana yang dijalani lebih dulu,nggak masalah. Fleksibel
saja, sebab semua orang punya cerita dan mengapa dia - begini mengapa dia begitu .. Suatu hal yang ideal, kembali kepada masing-masing yang menjalani.
Bagi saya, menikah itu urusan
yang riskan tetapi juga jangan dijadikan suatu hal yang ditakuti. Kenapa riskan? Pertama, kita tidak pernah tau kapan Allah
menganugerahkan cinta di hati Adam kepada Hawa. Kalau iya sudah mantap, dan
siap, apa lagi yang ditunggu? Bukan terburu-buru, tapi hanya menyegerakan
semuanya menjadi barokah, di mana semua yang kita lakukan atas nama cinta
terhadapnya terhitung pahala. Perlu digarisbawahi ‘sudah mantap dan siap’ dan
itu kembali pada hati masing-masing lho. Kedua, keberhasilan dari pernikahan adalah everlasting. Forever. Sampai maut memisahkan, satu untuk selamanya, sifatnya
dunia-akhirat, tidak main-main lho.
Sedangkan skripsi, adalah satu hal kecil dari tuntutan duniawi. Menjadi
satu langkah kecil untuk kita lewati dengan cara yang baik. Insya Allah selesai
kalau dikerjakan dengan rutin, tekun dan kontinyu. Namun walaupun begitu,
‘bertemu dengan toga’ juga nggak ada yang sepakat bahwa itu hal yang mudah.
Sebab itu juga hal yang membutuhkan perjuangan yang menguras mental, fisik dan
batin. Hhehe.
Saya memutuskan
untuk menikah terlebih dahulu sebab saya ingin menyegerakan kebarokahan untuk
diri saya, dan juga untuk orang lain. Ini lebih ke merupakan bentuk rasa syukur
saya sih,pada akhirnya telah dipertemukan dengan seseorang yang juga udah
nyangkut di hati semenjak saya semester tiga (bocoran nih yee XD). Kebetulan
dia nya juga datangnya kepada saya, bukan yang lain. Dengan hati yang
sebenarnya juga ketar-ketir sebab saya tidak bisa memastikan diakah jodoh saya
walaupun mungkin boleh jadi saya menyukainya. . >_<
Sebut saja dia Si Kakak. Dia satu almamater denganku, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Kami terpaut beda 3 generasi (beda angkatan), di saat saya masih angkatan muda, dia sudah angkatan tua Xb
Jadi, otomatis, ketika dia sudah bekerja, saya masih kuliah. Saat itu, suka hanyalah sekedar suka. Biar saja, suka kan manusiawi. Saya saat itu juga belum terpikir akan menikah dalam waktu begini (maksudnya, msh kecil, msh kuliah gitu loh. Nikah? emm rasanya itu nanti2 deh.. ga akan ada yang 'dateng' dlm wkt dekat ini deh kayaknya. Dan seandainya ada, saya kayaknya bakal langsung nolak. secara,.masi kuliah gituu loo). Dan itu lah, sedikit bocoran yaa..jangan pernah berkata seperti ini, nanti kualat kayak saya (lhoo? XD). Iya, sebab itu sama saja mengingkari kuasa Allah. Allah bisa saja datangkan jodoh tiba-tiba jika Dia menghendaki. Seperti itulah, sepertinya saya mendapat sedikit 'teguran' dari perkataan saya yang padahal cuma 'mbatin' itu.
Di saat Si
Kakak sedang bekerja di luar jawa, di pertengahan dan diakhir tahun 2012, ada
dua orang lain yang berniat datang pada saya. Saat itu, apa lah daya. .keduanya
orang yang shalih. Rasanya kayak kesamber petir, bahwa apa yang saya pikir tidak mungkin terjadi, kok yaa malah kejadian. >_< Menolak pun tidak semudah yang dibayangkan. Akhirnya saya banyak merenung dan 'curhat' ke Allah, saya harus apa. Akhirnya, sebagai bentuk 'penerimaan' dari 'teguran' itu, saya hadapi saja. Saya saat itu sadar, betapa saya sudah meragukan kuasa Allah. Segalanya bisa terjadi. Ya, segalanya bisa terjadi. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjalan atas 'titah' Nya, kali ini dengan segunung kepercayaan bahwa Allah punya penyelesaian yang indah dibalik semuanya. Yang saya perlu lakukan adalah menyikapi nya dengan baik. Kali ini, saya benar-benar menyerah, mungkin udah lambai2 ke kamera atau lambai2 bendera putih ke Allah. Lambai-lambai ke kamera dan bendera nya diganti sama banyak solat istikhoroh dan berdoa di setiap shalat dan malam hari. Kali ini, sebagai tanda kepasrahan saya, saya lebih suka Allah yang menentukan takdir
saya walau saya mungkin sudah memiliki kecenderungan di hati terhadap
seseorang. Saya hanya berazzam, akan melewatinya dengan apa yang sudah
ditentukan olehNya. Jika ada yang berniat baik pada saya, seandainya saya harus menolaknya,saya akan menolak dengan alasan yang baik (bukan karena subjektivitas krn saya sudah ada kecenderungan pada orang lain). Jikapun saya dipertemukan dengan dia, orang yang saya sukai
pada akhirnya (Si Kakak), saya menginginkan cara yang ahsan (baik). Saya hanya
mencoba mengaplikasikan bahwa YA, RENCANA ALLAH AKAN SELALU LEBIH INDAH. Dan juga sebagai salah satu bentuk 'penebusan dosa' saya yang sudah pernah meragukan Allah secara tidak langsung itu. Kali ini, saya harus yakin bahwa jika memang takdir saya adalah Si Kakak, maka siapapun orang yang saya temui, semuanya itu..akan tetap berakhir pada Si Kakak. Allah punya cerita, Allah punya cara, selalu punya cara..untuk menjadikan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang dulu pernah saya ragukan (walaupun tidak sengaja) melalui batin.
Singkat cerita, saya tidak jadi berproses dengan keduanya. Yang pertama, karena
Allah menimbulkan keraguan di hatinya tentang kesiapan dirinya terhadap saya, secara
tiba-tiba. Wallahua’alam, Allah yang Maha Membolak-balik hati. Sedangkan yang
kedua, dia kakak tingkatku di sekolah dulu. Rupanya, dia masih mengumpulkan keberanian untuk mengatakan langsung pada saya.
Selama ini dia hanya berani bertanya tentangku lewat teman2ku. Apa boleh buat,
bagiku, tidak ada yang perlu direspon. Lagipula, aku juga tidak mengenalnya sama sekali. Hanya tau-tau dia nongol di facebook dan mengenalkan dirinya sebagai alumni sekolah. Seandainya saya berproses dengannya, saya tidak tau apa-apa tentangnya, orangnya yang seperti apa juga saya tidak tau. And....surprise...tidak ada yang pernah
menduga, bahwa kepulangan si Kakak yang pertama kali ke jawa, di cuti
pertamanya..ia benar-benar datang ke rumahku. My home sweet home yang kini jadi tambah sweet karenanya. . hihi ^^
Beberapa minggu setelah Si Kakak melamar saya, kakak kelasku (orang kedua, yang kuceritakan tadi) akhirnya berani mengutarakan maksudnya pada saya. Dan saat itu saya sudah punya jawaban pasti untuknya, bahwa seseorang yang lain telah terlebih dulu menkhitbah saya. Sesuai syariat, tidak boleh ada khitbah di atas khitbah. Ah, tuh kan..saya kemudian membatin, dengan siapa pun saya menikah, sudah kemungkinan besar akan terjadi di tahun 2014 ini. Tapi saya sangat amat bersyukur, bahwa yang datang adalah orang yang saya kenal baik dan memang ada rasa suka terhadapnya. Berharap yang kemarin itu adalah khitbahku yang pertama dan terakhir. Jangan ada lagi. Dan sampai detik ini, saya merasa mendapatkan kemudahan-kemudahan dari Allah dalam menjalani segala sesuatunya yang berkaitan dengan menjelang hari bahagia kami di tahun depan Insya Allah. Saya hanya berharap, semoga kemudahan-kemudahan yang diberikanNya ini merupakan suatu tanda bahwa keridhoan Allah memang ada disini. Aamiin ya Rabbal 'alamiin..
Maka
kujawab begini untuk setiap pertanyaan tentang keputusan menikah sebelum
wisuda, “Doakan lancar aja deh ya,.^^ Mau
gimana lagi, pikirku..bertemu dg jodoh itu lebih sulit daripada mendapatkan
gelar S1. Hehe. Jadi, kalo jodoh udah
datang, ya diterima aja. Ternyata dipertemukan dg jodohnya sebelum dipertemukan
dg toga nih (ewww ^^). Smoga dia adalah jodohku, yang pertama dan terakhir :3”
Semua
orang punya cerita.
Ini
ceritaku, apa ceritamu? ^^