Indias Nurul Aini

Foto saya
“Jangan Percaya Saya” Saya adalah seorang gadis kecil yang suka berbohong Kalau saya pinokio, maka hidung saya pastilah akan bertambah panjang tiap kali saya tersenyum dan tertawa sambil berkata,”hahaha saya baik-baik saja ^___^ “ dan kalau rahasia bisa diuangkan, pastilah saya sudah kaya raya

Rabu, 25 September 2013

Koramil

Sesampainya di Saonek, kami diarahkan menuju sebuah bangunan di mana kami akan tinggal di sana selama dua bulan. Saya sebut ‘bangunan’ karena saya dan teman-teman bener-bener nggak tau seperti apa rupa calon tempat tinggal kami. Berbentuk rumah kah, atau masjid kayak anak-anak sub unit bonkawir, atau kah bangunan tua? Bekas kantor, mungkin? Atau bareng sama rumah penduduk. Dalam ketidaktahuan itu Saya, Zaim, Lulu, Indah, Gaiety, Lelia dan Mas Taufiq melangkahkan kaki sambil nyeret-nyeret koper yang tersisa. Kopernya kan banyak banget. ‘Porter’ yang ikut di kloter long boat belum rampung pindahin koper setibanya kita di sana. Dari kejauhan, saya bisa melihat sebuah rumah (alhamdulilah), berwarna hijau (alhamdulilah lagi. Setidaknya cat itu menandakan rumah yang pernah dirawat, hijau juga adalah warna surga), ada pager nya juga, ada terasnya, ada halamannya, dan........ada tiang bendera nya lengkap dengan bendera yang berkibar. Yang belakangan kita tau bahwa kita wajib naikin bendera di pagi hari dan menurunkannya di menjelang petang. Ya! Rumah yang sangat nasionalis, bukan? KORAMIL. Di bawah atap rumah hijau ini lah kami akan hidup bersama selama dua bulan.
 Selama dua bulan tinggal di sana, saya hampir nggak tertarik untuk mengetahui apa itu koramil, rumah apa, ditempati siapa sebelumnya, dipakai untuk apa, gimana sejarahnya saya nggak peduli. Yang saya tau adalah ada kamar yang bisa dijadiin kamar khusus cewek atao enggak, ada kamar mandinya atau enggak, kalo ada apakah tertutup ato terbuka. Dapur nya ada ato enggak, air nya nimba ato enggak, tempat jemurannya ada ato enggak, luas ato enggak. Yang pertama, keberadaan kamar cewek itu penting banget. Soalnya saya nggak kebayang aja tidur satu ruangan sama cowok-cowok yang udah saya kenal sedikit bahwa habits mereka pasi out of prediction dan berdasarkan pengalaman, cowok itu urat malu nya rata-rata uda putus. Mau ngupil di depan publik, mau kentut,mau jungkir balik juga mereka biasa aja. jadi sekali lagi saya tekankan bahwa tinggal bersama banyak cowok dalam satu atap, persyaratan adanya kamar khusus cewek adalah harga mati! Dan alhamdulilah di KORAMIL ada 3 kamar. 1 kamar besar dan dua kamar kecil di (bukan kamar mandi lho. maksudnya, kamar yang berukuran kecil). Yang cowok-cowok langsung pake hak veto nya untuk mengklaim bahwa kamar besar akan jadi ‘sarang’ mereka. Kita para cewek nggak keberatan, karena ada 7 cowok yang akan menghuni koramil ini, sedangkan ceweknya Cuma berlima. Jadi kita pakai kamar yang berukuran kecil yang letaknya di seberang kamar mereka, dipisahkan oleh sebuah ruangan yang dihiasi hanya 2 perabot yaitu 1 meja yang pada akhirnya kita sebut meja makan dan 1 kursi yang kita sebut tempat duduk (yaiyalah!). Ruangan itu kita perlakukan sebagai ruang makan. Yang kedua, kamar mandi. Ini juga nggak kalah penting. Jujur, pertama kali mau KKN yang teringat adalah apakah di pos KKN saya nanti akan ada kamar mandi yang layak?  Sebab, denger dari cerita-cerita ‘horor’ para pendahulu yang pernah KKN, kalo lagi nggak mujur bisa aja dapet pos KKN yang nggak ada kamar mandinya. Jadi bisa aja kalian tuh mandi nya di empang. Paling banter, ditutupin sama bilik setinggi leher. Jadi kalo mandi bisa sambil nyapa orang-orang yang lewat. Hiiyyyy!! Dan berdasarkan pengalaman di sub unit bonkawir, mereka kan tinggal di masjid yang nggak ada kamar mandinya. Jadi agenda pertama mereka setiba di masjid yang bakalan jadi tempat tinggal mereka selama 2 bulan itu adalah gotong royong bikin kamar mandi. Bikin WC, bikin saluran WC, gali-gali untuk tempat pembuangan yang ada di dalem WC (you know what lah), dan lain-lain. Pokoknya yang tadinya nggak ada kamar mandinya, jadi ada. Yang tadinya nggak ada dapur, jadi ada. Mereka kerja rodi kayak gitu dibantuin sama warga bonkawir. Saluttt!! Makanya begitu saya sampai di KORAMIL ,yang saya cari pertama kali adalah ada kamar mandi atau enggak. Dan alhamduilahnya, ada. Dan kamar mandinya itu berbentuk bangunan, bukan hanya sekedar sekat. Dan WC nya benar-benar WC (emang ada WC boongan?). Eittss! Jangan salah! Ada lho, WC boongan. Saya pernah ngalamin, waktu kemping pas jaman SMA dulu di daerah Balong Dalem,Kuningan Jawa Barat. Ceritanya, menjelang petang, mahrib-mahrib gitu temen kami  ceritanya kepingin pup (bahasa unyunya BAB). Trus saya ditunjukin,”itu lho Teh, kalo mau buang air, di balong situ”, kata salah seorang penduduk sambil menunjuk ke arah sebuah bilik yang terbuat dari anyaman yang terletak di tepi sebuah empang. Kami pun bergegas ke sana. Hari udah hampir gelap, saya hampir ngak bisa lihat apa-apa kecuali sedikit. Yang pertama, dia duluan. Saya jagain dia. Dan agak kaget sih pas tau-tau dia bilang udah selese. wotttttt! cepet amat! Amat aja belom selese! Setelah itu dia cerita, katanya, pas masuk bilik, temen saya udah kebelet banget. Dan begitu bunyi ‘plung!’ (You know what. Sesuatu yang kuning yang tidak boleh disebut. Eh saya nggak tau ding warnanya apa, kan gelap jadi dia nggak lihat. hihi) dia langsung kaget karena dia mendengar gemuruh kecipak di bawah tempat dia jongkok. Omaigat!!!!! Dia langung mendadak nggak kebelet lagi melihat ikan – ikan lele berebut apa yang barusan saya keluarkan setengah detik yang lalu. Dia lalu buru-buru bersih-bersih lalu pergi ke tenda sama saya, nggak mau ngasih mereka ‘makan’ lagi.. katanya. Hahahahaha!
Kembali lagi ke bahasan KORAMIL, hal terpenting selanjutnya dalam mengobservasi calon tempat tinggal adalah dapur. Yak! Inilah pusat pemberantasan kelaparan. Bayangin kalo nggak ada dapur, beserta kelengkapannya. Minimal ada kompor minyak. Soalnya saya nggak kebayang kalo pake tungku. Kalo liat di film-film dan di serial ‘Jika Aku Menjadi’, masak pake tungku itu mesti tiup-tiup apinya pakai bambu dan bakalan coreng moreng hitam kena asap. Saya emang suka survival tapi nggak sampe seekstrim itu. Hehehe  Di luar dugaan, selain ada  dapur (letaknya di belakang, terpisah dari bangunan rumah utama), perabotnya juga ada. Ada kompor minyak, dingklik (semacam kursi pendek dari kayu), wajan, panci, lemari makan, rak piring dan meja dapur juga ulekan.
Hal penting selanjutnya adalah air dan jemuran. Seperti kita ketahui, air adalah sumber kehidupan. Untuk konsumsi, bisa beli lah. Tapi yang penting adalah untuk nyuci baju, nyuci piring dan mandi! Berbekal dari cerita ‘horor’ tentang KKN yang kalo mau mandi harus jalan dulu ber kilo kilo meter untuk ngedapetin air bersih, lalu pulang dari mandi sama aja kayak belom mandi karena perjalanan pulang yang jauh dan medannya mendaki. Keringetan lagi deh. Dan kalo nyuci juga susah. Mungkin kalo KKN nya di daerah kota, nyuci bisa pake jasa laundry. Tapi kan di Saonek mana ada laundry! Jadi keberadaan air itu penting! Jangan sampai saya menambah cerita ‘horor’ tentang KKN yang sudah melegenda itu. Dan alhamduliah, ada sumur di situ! Yeye lala lala (sorak ala orang alay yang suka ada di tivi-tivi)! ! adanya sumur, menjawab segala kekhawatiran saya.
Sesudah memastikan komponen-komponen sakral itu, saya sungguh tak peduli dengan hal lain lagi tentang koramil. Tapi berhubung saya nulis buku ini dan menjadikan koramil jadi sub bahasan yang cukup oke di sini, saya jadi penasaran apa sih koramil itu. Saya pun langsung buka wikipedia, tempatnya mahasiswa yang ketauan banget males nyari informasi. Hehehe. Kata Neng Wiki, Komando Rayon Militer atau yang biasa disebut Koramil adalah satuan tingkat kecamatan dari TNI yang langsung berhubungan dengan pejabat dan masyarakat sipil. Nggak heran di dalem koramil ini banyak foto-foto anggota TNI yang pernah tinggal di sini. Posenya kayak foto keluarga gitu. Trus ada peta Distrik Waigeo Selatan dan daftar petinggi-petinggi TNI setempat beserta jabatan atau pangkatnya. Ah saya nggak ngerti mereka balik ke sini agi kapan, yang jelas sambil lihat foto-foto mereka, saya cuma bisa bilang, “Pak, kami numpang dulu ya Pak. Kami janji bakal turunin bendera tiap sore dan naikin lagi di pagi harinya”. Nggak kebayang, satu unit ini di bagi jadi dua sub unit yang punya pondokan dengan tipikal yang jauh banget. Temen-temen kami yang ada di sub unit bonkawir tinggal di tempat yang agamis banget. Nggak tanggung-tanggung! MASJID! Dan kami sub unit saonek tinggal di tempat yang nasionalis banget. KORAMIL!

Selasa, 24 September 2013

Wajah-wajah Keluarga Baru


Seiring berjalannya waktu, semakin mantap Raja Ampat di depan mata (padahal nggak punya duit). Open recruitment calon anggota mulai kami buka. Sebagai anggota tim pengusul, tentunya kami udah membicarakan sistem seleksinya kayak gimana. Mulai dari wawancara hingga penilaian langsung pada agenda pertemuan perdana (sok iye banget. Haha).

“Jadi, mau gimana nih kriteria calon anggota nya?”, tanya ghofar. Berhubung waktu itu kita belom punya basecamp atau pun tempat yang cucok buat dijadiin langganan tempat rapat, jadilah waktu itu ghofar, saya, lulu dan ayu ‘rapat’ nya on the trotoar parkiran belakang masjid kampus. Backsound nya abang-abang tukang parkir yang teriak,”Yak! Mobil parkir sana mas! Yak! Masuk terus, terus! Terus!”.

“Kriteria? Serius ini kita mau ngomongin kriteria? Mending kalo banyak yang daftar”, jawab Lulu sekenanya sambil nyatet-nyatet (nyatet apaan sih Lu? Hasil rapat aja kayaknya belom ada dehh).
“Ya setidaknya kita optimis aja gitu lho”
“Yaudah. Alokasikan dulu aja kita butuhnya fakultas apa aja”
“Pertanian, geografi, psikologi, kedokteran kita belum punya. Kayaknya itu deh yang urgent”
“Errrr.. oke. Ditampung deh.”,
“Oke. Lu catet ya. Ntar ada yang woro-woro di grup KKN tentang kriteria nya”

Selain bahas skala prioritas kebutuhan akan fakultas juga ngomongin bahan pertanyaan wawancara. Kayak misalnya,”motivasi nya apa kok pengen jauh-jauh KKN nya?”, lalu, “uda tau di sana tantangannya akan lebih banyak? Ada malaria, adat yang kita nggak tau, de el el” dan pertanyaan tentang kontribusi apa yang akan diberikan ke tim KKN ini. Setelah kira-kira satu jam ngomongin itu, kami bubar dan sepakat ketemu lagi di forum perdana kumpul KKN dengan wajah-wajah baru.

Di luar dugaan, ternyata peminat yang mau gabung ke tim KKN kami lumayan membludak juga. Dan yang paling banyak adalah ‘rombongan saya’, dari Fakultas Biologi. Saya emang ngajakin temen-temen saya di kampus sebanyak mungkin. Overload lebih baik daripadad nggak ada sama sekali, pikir saya waktu itu. Dan heran juga, banyak yang mau terima ajakan saya. Jadi mikir, jangan-jangan habis ini saya lolos jadi anggota MLM! Hehe. Tapi tetep aja jadi nggak imbang dari segi jumlah. Mau ngapain anak biologi sebanyak itu. Ah biarin deh itu masalah nanti. Lagipula dengan sendirinya pasti akan ada seleksi alam. Sebeb nggak menutup kemungkinan mereka yang pada daftar sekarang nyalinya berubah jadi ciut ketika udah mendengar tetek bengek tentang rencana KKN kita ke depan. Terutama kalo mereka denger masalah DUIT.

Kumpul perdana waktu itu lokasinya di selasar gedung rektorat. Formasi duduknya lingkaran, ngak berjejer kayak orang lagi nonton layar tancep kayak pas ‘rapat’ oprec minggu lalu. Awalnya saya pribadi, melongo liat siapa-siapa aja yang dateng. Bukan karena udah kenal, tapi malah karena nggek kenal sama sekali dan tampang-tampang nya itu lho..wuaoooww. Sangar-sangar. Beberapa tampak seperti anak MAPALA. Kebayang saya yang menye-menye ini bakal idup dua bulan sama para lelaki yang dari tampang aja kayaknya udah bisa berantem sama harimau. Semakin banyak yang datang, semakin kita memperbesar diameter formasi lingkaran kita. Acaranya sih gitu-gitu aja. Perkenalan, nama saya anu dari fakultas una. Tapi lumayan ,makan waktu karena jumlahnya hampir 30 calon anggota. Lalu cerita singkat tentang rencana KKN dan gambaran program utama serta cerita dikit tentang calon lokasi KKN. Dan pas ditanya kenapa gabung KKN ini, rata-rata jawabnya klise; ingin cari pengalaman baru.

Besoknya, saya dapet sms rapat tim open recruitment lagi. Dapet laporan kalo ternyata sebgaian besar mengundurkan diri. Dan mulai ternyata nggak diijinin sama ortu KKN jauh-jauh, sampai pada alasan baru tau kalo SKS nya belum mencukupi untuk ambil KKN.  Jadi, kami memutuskan kalo kita masih memungkinkan untuk terima pendaftaran lagi.

Hingga pada akhirnya, sampailah kita pada pertemuan kedua anggota baru. Shock abis deh waktu tau wajah-wajah nya beda 100%, bukannya pada beda penampilan atau habis pada permak wajah. Tapi emang orangnya beda sama yang kemaren dateng rapat perdana! Ini pada kemana yang kemaren daftar? Kenapa wajah-wajah baru semua nih?
Hesa dan Dirhan. Kesan pertama buat keduanya, sungguh sangar. Hesa, Putra Balikpapan yang kuliah di Fakultas Hukum  ini berperawakan tinggi, jangkung (udah tinggi, jangkung pula), rambut keriting, kulit kecoklatan dan suara nge bas. Suka pake topi bulet ala mas mas pengamen gitu sama jeans bolong-bolong. Tinggal pegang gitar trus ditaruh di perempatan, jadilah! (Jadi apa? Tanya Pak Tarno aja. Jadi apa Prok..prok..prok..). Ditambah gelang-gelang karet dan kayu yang dipakai di tangannya, kayaknya ini anak sejenis preman jalanan. Tapi baru kali ini  saya sulit membedakan preman jalanan yang beda tipis sama pengamen. Hihihi.
Sedangkan Dirhan asalnya dari Ambon. Dari tampang sih nggak meragukan kalo dia petualang sejati. Orangnya friendly dan baik hati. Moment yang paling saya inget adalah  dia minjemin saya power bank pas di kapal menuju Waisai. Terombang-ambing di tengah laut nyari cas an, ternyata diapahlawannya, haha thanks Dir.

Tommy. Cowok putih yang belakangan ini yang dari awal ketemu emang narsis dan orangnya rame kayak kaleng rombeng ini kuliah di Fakultas Peternakan dan tercatat sebagai atlet pencak silat papan atas (Eh Eniwei, pencak silat termasuk atlet nggak sih? Yang jelas, bukan binaragawan kan?). Hobinya adalah suka koar-koar kalo dia itu ganteng. Tommy orangnya baik, solidaritasnya tinggi, lucu, dan suka bantuin program temen-temennya walaupun jadi melalaikan programnya sendiri (Iya kan Tom? Hehe)

Zaim. Mahasiswa Fakultas MIPA ini nggak banyak omong. Dia ngomong untuk hal-hal yang dirasa penting aja. Saya sering banget ketemu orang—orang aneh tapi orang ini yang paling aneh. Mengenal Zaim, jadi menyadari sesuatu bahwa unik, aneh dan antimainstream itu beda tipis ya?  Trus sekarang kalo saya tanya, orang normal kan kalo pake sendal jepit itu njepitnya di antara jempol kaki dan jari kedua kaki. Nah, kalo orang yang njepitnya di anta jari kedua dan jari ketiga kaki itu termasuk aneh, unik atau antimainstream??? Soalnya Zaim kalo pake sendal jepit, kayak gitu. Tapi dibalik keunikannya itu, saya salut dengan kesabaran dan ketabahannya dalam mengurusi tim KKN ini. Orangnya enjoy, dan kayaknya dia jadi kormanit yang paling enjoy (kayaknya lhoo..). Soalnya seumur-umur KKN yang dua bulan itu saya belum pernah lihat dia depresi atau marah-marah ke kita terkait dengan KKN. Dan bila ada masalah, dia akan menyampaikan pada kami dan mendiskusikannya bersama-sama.

Taufiq. Sama kayak Hesa, dia juga di Fakultas Hukum. Dia paling dituakan di sini. Kalau bicara sungguh tertata. Sempet saya pikir, di tim ini cuma dia yang berpendidikan. Yang lainnya lebih kelihatan aneh, gila bin ajaibnya daripada terlihat seperti orang terdidik. Hehe. Tapi kadang dia suka nyebelin juga, sih apalagi kalo lagi ngantuk atau lagi fokus pegang stik PES. Apalagi kalo dia mengomentari saya,"Aini kamu polos banget sih disuruh apa-apa aja mau" di saat saya mengiyakan permintaan tolongnya. Rasanya tuh pengen lempar plastik batagor lagi ke mukanya, tapi sayang di sana kan nggak ada batagor. Kan saya mengerjakan apa yang dia suruh karena saya ngehormatin dia sebagai kormasit. Ck..ck..ck.. Seharusnya saya dapet apreciate, sebab jadi anggota KKN Saonek yang paling nurut,

Mamer. Saya agak nyesel nyebut Tommy kaleng rombeng, karena saya baru mikir. Kalo Tommy aja rame nya kayak kaleng rombeng, Mamer apa dong?? Masalahanya, dia tiga tingkat lebih tinggi level rombengnya daripada Tommy. Cuma ada tiga kemungkinan kalo dia ngomong: nggak bener, nggak penting, atau jorok. Eniwei, dia yang paling kacau di antara kita semua. Tapi jujur, mungkin tanpa Mamer, KKN kita nggak akan bahagia karena nggak ada yang bersedia jadi bahan lawakan. Saya rajin berdoa semoga dengan adanya Mamer dan Tommy di tim KKN ini, nama baik Fakultas Peternakan masih terjaga. Aamiin

Dindy. Mahasiswa Teknik yang alim. Sungguh tidak tercemar dan terkontaminasi kegilaan beberapa anggota KKN kami.

Ragil. Mahasiswa Teknik Fisika ini sama-sama ngapak kayak saya. Orangnya pendiem dan saingan alimnya sama Dindy deh kayaknya. Saya mau minta maaf karena saya sempet kira dia ini perempuan soalnya nama panjangnya Desy Ragil. Heheh. Peace Gil....^^v

Ghofar dan Sandi. Sama-sama mahasiswa Fakultas Ekonomi. Kalo ghofar orangnya friendly, kalo sandi orangnya aneh dan kontroversial. Itu sudah.

Imron. Cowok tinggi item ini dari Fakultas Psikologi. Kalo Tommy suka ngaku-ngaku ganteng, Imron suka tebar pesona, mengklaim 'gue adalah cowok yang merawat diri', pintar bicara (dalam artian punya intonasi bicara yang meyakinkan pendengarnya), dan suka nggombal nggak penting. Tapi di sisi lain dia adalah cowok yang perhatian. Kalo inget dia, jadi inget Hakazawa ketua kelas nya Maruko Chan termasuk style rambutnya yang melambai. Hihihi. Oia, dan catatan penting: Dia orangnya juga Kacau kayak Mamer. Berrrrrrrrrrrrrhati-hatilah!

Ega. Kalo saya bilang imron cowok tinggi item dan Hesa cowok tinggi jangkung, Ega lain banget dari mereka. Cowok MIPA berperawakan kecil imut-imut ini (saya nggak bilang pendek lho) terkenal dengan jenggotnya. Badan boleh unyu, tapi semangatnya mungkin melebihi kita-kita. Dia lah orang pertama yang menjadi salah satu semangat saya memutuskan bergabung di tim KKN hebat ini. And thanks masbro, kamu bener membuktikan pada saya bahwa ini mimpi mu dan tidak mengkhianati saya sebagai ‘awak’ hinga akhir perjalanan meraih mimpi.

Jovan dan Bas. Ngomongin Bas dulu deh. Mahasiswa teknik sipil ini duet sama Ega tentang konspirasi ide gila KKN ke Raja Ampat ini. Dia juga yang nyalain api semangat saya dan teman-teman untuk tetap mengikatkan diri pada tim KKN ini apapun yang terjadi. Jovan dan Bas adalah perpanjangan tangan dari Pak Adam selaku DPL. Terutama lebih kepada alasan karena mereka adalah anak sipil, penggerak utama program unggulan KKN ini.

Hardi. Mahasiswa Teknologi Pertanian ini kesan pertama yang ditimbulkan adalah kalem dan kayaknya ‘sekelas’ sama mas taufiq. Awal-awal, dia nggak ikut kumpul karena lagi Kerja Praktek di Danone. Sampe-sampe kita nggak tau Hardi tuh siapa. Pertama kali dia ada di forum rapat, kami kerjaannya minta maaf melulu ke dia karena inventaris orang-orang kacau di kelompok ini lumayan mendominasi. Tapi setelah itu saya nyesel minta maaf gitu ke dia sebab tak disangka dia cepat banget beradaptasi sama kegilaan yang ada. Dan jadilah dia Trio Kwek-kwek dengan Imron dan Mamer. Trio kacau dari Tim KKN PPB 06.
           
Umam, Bayu dan Adek. Mereka dari Fakultas Teknik.  Simpel nya, mereka semua kayaknya ‘sekelas’ dengan Mas Taufiq. Sistematic, Logic, de el el yang belakangnya ‘ic’

Sisanya, kita sebut The Best Ten. Pasukan cewek-cewek cantik yang ada di tim ini. Ada Ayu dan  Saya dari Fakultas Biologi. Lalu ada Mbak Dea dari Kehutanan, Fitri dari Ilmu sosial dan Politik, Nurma dari sastra jepang, Lu’lu dari sastra arab, Jems dari statistika, Gaiety dari sosiologi,  Indah dari pertanian dan Lelia dari Teknologi Pertanian. Kita semua kalem-kalem, kalo gila ya di dalem aja. Jaga image gitu loh. Hehe. Pertama  kali cewek-cewek ini terkumpul dan fix menjadi bagian yang sah dari anggota KKN ini, yang pertama kali di observasi adalah siapa yang pinter masak. Dan yang memenuhi kandidat itu adalah Ayu, Nurma, Indah dan Lulu. Yang lainnya sih sekedar bisa aja kali yaaa. Hhehehe.

Sebuah Lukisan Cantik

Hadiah terindah adalah ketika saya mendapatkan gambaran diri saya lewat lukisan orang lain. lukisan itu tidak melulu harus berupa coretan cat warna di atas kanvas, sebab lebih sering saya dapati gambaran yang disampaikan lewat tulisan bisa menjadi lebih jelas daripada gambar itu sendiri.
dan saya ingin berterimaksaih untuk sahabatku Lelia. Kado terindah, kalo saya bilang (walupun saya nggak lagi ulangtaun, tapi ini sungguh kayak dikasih kado). hehe

I.N.  Aini ( The Beauty of Simplicity)
Aini adalah kesederhanaan. Banyak yang bilang dia polos, entah dengan kecondongan ke kanan atau ke kiri. Banyak juga yang menyayangkan kepolosannya. Bahkan kata polos dan bodoh  pernah menjadi bahan pikirannya cukup lama.

Tapi menurutku aini adalah representasi dari kata sederhana. As I always said, simplicity isn’t  simple et all, bagiku. Dan itu ada pada aini. Jika saya ditanya, siapa yang paling ingin contoh karakter dasarnya, saya akan menjawab, aini.

Berpikir tentang aini adalah berpikir tentang kesederhanaan. Apa yang dia tampilkan, apa yang dia pikirkan, apa yang dia inginkan. Semuanya tentang kesederhanaan. Dia tidak memiliki banyak keinginan, dia membiarkan yang hendak terjadi, terjadilah. Yang seharusnya terjadi biarlah terjadi. Dan dia memiliki alur berpikir yang sederhana. Entahlah, barangkali dia berpikir tidak usah mengintervensi Tuhan dalam mengerjakan kehendakNya, barangkali dia berpikir mungkin manusia hanya menunggu dan tahu jadi saja, selebihnya urusan Tuhan. Termasuk saat hp-nya hilang, termasuk saat ia dianggap tidak bisa masak, tidak pernah masak, semua anggapan itu seolah bahkan tidak pernah mengusiknya.
Apa yang dia inginkan tentang masa depan, dia pernah bercerita, mengalirlah saja. As simple as that.
Melihat aini, timbul dalam benakku sebuah view di bawah pohon rindang yang didepannya mengalir sungai jernih yang mengalir pelan. Tenang. Maka tak heran, aini paling rusuh saat ada sesuatu ekstrem yang dia alami, misalnya mundurnya kormanit  yang terhitung tiba-tiba, aini menjadi yang pertama kali bereaksi. Dan ia menyimpan pengalaman itu lama di benaknya.

Aini itu, kawan yang special. Ia mudah sekali menerima apa yang diberikan padanya, termasuk tugas-tugas, ia akan dengan lapang tangan menerima dan mengerjakan. Seorang kawan menyebutnya “calon istri yang berbakti pada suami”. Karena kepolosannya banyak yang sering merasa gemes padanya, bukan lamban tapi polos. Ia tidak pernah mempertanyakan perlakuan yang tidak adil, karena diotaknya (barangkali) semua perlakuan adalah adil, hehe. Berpikiran positif barangkali menjadi alasannya selalu sederhana. Ia selalu mudah tertawa, tertawa dengan sederhana, tidak pernah terpingkal, wajah yang tanpa ekspresi, jika sedih dan takutpun biasa. Ibarat jus, aini adalah jus timun.

Pada masa sebelum keberangkatan KKN, aini menemaniku belanja untuk keperluan sub-unit, seperti beras, mie, kopi, susu, dan sebagainya. Termasuk melengkapi keperluan program untuk alat tulis. Pada waktu belanja itu, saya mendapat gambaran bahwa beruntungnya jadi aini yang berpikir sederhana. Dari sekian banyak kesederhanaan yang ia tampilkan pada performance, pikiran, harapan, dan sikap, yang paling membuatku iri adalah jalan pikirannya. Itu hal besar yang ingin aku miliki selama aku hidup seumur-umur.
Sebagaimana saya sering mendapat masalah karena terlalu banyak berpikir, maka jika saja pada awal perjanjian kehidupan saya bisa memilih, saya memilih jalanpikiran yang dimiliki aini. Eump, tapi duhai ALLAH, saya tidak pernah menyesal dan tidak pula sedang berandai-andai. Current condition of me is the best part, the best gift, coz You always gives us the best. I do do do believe it more and more.
And also current condition of aini is the best gift for her. There’s no crossed gift.
Coz Aini is the beauty of simplicity.

Selasa, 17 September 2013

Old notes


Hanya memindahkan catatan singkat di awal tahun ini.
13 januari 2013

Saya. Saya yg anda kenal sebenarnya hanyalah seonggok daging. Seonggok daging yang bisa berjalan dan tersenyum kepada anda karena ada ruh yang menghidupiku. Ruh ini, kuharap adalah seorang bidadari syurga. Maka sesungguhnya bila memang benar demikian (dan seperti itu pula lah harapanku), maka ketika saya sudah tidak bisa berjalan lagi di atas bumi, bukan berarti saya sudah tiada. Saya hanya kembali menjadi bidadari. 

Setelah saya sempat merasakan hidup di dunia ini,terpikirkan hal terindah yang sangat mungkin akan terwujud, jika Tuhanku menghendaki. Hal indah itu adalah sebelum saya kembali menjadi bidadari yang sesungguhnya adalah saya bisa membersamai anda, menjadi bidadari untuk anda.
Saya hanya ingin menjadi bidadari. Sebelum ataupun setelah anda miliki. Seperti yang dulu anda bilang, kebaikan lah yang anda inginkan dari apa yang akan dijalani. Jadi, yang sebenarnya anda inginkan adalah kebaikan, bukan saya. Jadi, ketika saya harus pergi suatu hari nanti, tetaplah mengejar kebaikan. Ketika saya tidak ada di hari-hari anda, tetaplah dalam kebaikan. Ketika jauh dari saya, tetaplah dekat dengan hal-hal yang baik. 

Surat ini kelak akan sampai pada anda di salah satu dari dua moment yang sangat mungkin akan terjadi terlebih dahulu. Yaitu ketika saya bisa mengalami momen bahagia bersama anda dalam suatu ikatan yang suci. Atau..ketika saya harus pergi meninggalkan mimpi indah saya untuk membersamai anda di dunia. Semoga hal terakhir yang saya sebutkan,tidak terjadi. :’)

#saya kehabisan kata.  Apa yang harus kukatakan untuk melepas kepergian anda setahun ke depan

Dia Tetap Bilang, Aku Bidadari


Mampukah aku menjelma menjadi bidadari seperti yang diimpikannya? Yang cukup dengan kehadiranku, tak perlu merasa ingin mendapatkan istana sebab ia telah bersama seorang ratu yaitu aku. Yang tidak merasa perlu ada fasilitas mewah dan segala hotel berbintang sebab aku selalu menyertakan cintaku di atas apapun yang kulakukan untuknya, walaupun seandainya yang bisa kuberikan hanyalah cinta di atas sebuah tempe goreng. Yang tanpa perlu menghadirkan kereta kencana, ia merasa cukup sebab aku adalah bidadarinya.
Aku tau ia mencintaiku.

Teramat. Bahkan mungkin lebih besar dari cintaku padanya. Dan bila terluka hatiku, luka di hatinya bisa jauh lebih menganga. Tapi tetap saja. Walaupun aku tahu jelas hal itu, kenapa masih saja aku sering membiarkannya tahu setiap kali ia tidak sengaja membuatku terluka. Dan aku juga tau ia selalu berusaha menjadi yang terbaik untukku seperti apapun keadaannya. Tapi kenapa masih saja aku selalu membuatnya merasa menjadi buruk di segala hal terhadapku.

Ya. Dia bilang, aku bidadari.

Tetap bilang bahwa aku bidadari, bahkan setelah semua yang kukatakan padanya tentang semua kekecewaanku. Kata-kata singkat hasil dari emosi sesaat dan keegoisan yang menginginkan sesuatu yang lebih dari kemampuannya di saat dia jauh dari pandanganku.

Tetap bilang bahwa aku bidadari, bahkan selagi aku ngambek karena sesuatu hal kecil yang seharusnya bisa jadi bukanlah persoalan yang rumit.

Entah masih pantaskah aku disebut bidadari. Kurasa,belum. Belum, sebab sikap yang kutunjukkan selama ini bukanlah tentang ngambek saja lalu menjadi diam. Bukan tentang setelah membuatnya merasa buruk lalu aku menjauh dan hanya bisa menyimpan rasa bersalah. Sungguh bukan tentang itu. Sebenarnya dalam benakku, setelah ngambek dan jadi diam, ada kalanya aku ingin meluapkan rasa bersalahku dengan memeluknya. Tanpa bicara, kuingin mampu tunjukkan bahwa sesungguhnya aku menyayanginya. Menyampaikan kegundahan dan kekecewaanku tanpa aksara, sebab dengan bicara ternyata aku hanya bisa memperburuk keadaan.

Sekarang ini aku hanya mampu menyakiti, tanpa bisa membenahi. Aku hanya selalu menerima maafnya, tetapi tidak pernah meminta maaf. Aku hanya mampu menulis di atas kertas betapa bahagianya aku ketika dia berkata bahwa ia mencintaiku tanpa bisa membalas pernyataannya itu. Seandainya bisa pun, setelah aku berkata bahwa aku juga mencintainya maka ada sisi hatiku yang teriris dan seolah berbisik,’kau telah menodai dirimu sendiri’. Beribu maaf ingin kulayangkan padanya, ketika aku membiarkannya terkurung dalam kesedihan karenaku. Tapi maaf, sekarang aku belumlah bidadarimu. Aku hanyalah gadis kecil, yang tukang ngambek, pembuat masalah sepele menjadi persoalan rumit, mudah kecewa, sensitif, egois, tanpa bisa membenahi hatinya setelah menumpahkan semua kepadanya.

Sekarang biarkan aku memberi pertanyaan.

Bisakah sejenak ia melupakanku? Bisakah sejenak ia meninggalkanku? Membiarkanku menjadi kupu-kupu di saat yang tepat. Sungguh tak bisa aku menjadi bidadari sebelum saatnya. Sama seperti ulat yang tak kan bisa menjadi kupu-kupu cantik walaupun kau robek paksa ia keluar dari kepompongnya.
Tapi, disisi lain, baliklah pertanyaannya. Menjadi retorika untuk diriku sendiri.
Bisakah sejenak aku melupakannya? Bisakah sejenak aku meninggalkannya? Membiarkan aku sendiri. Menafikan bahwa sesungguhnya dia memang sudah terlanjur ada di hatiku. Berpura-pura tidak merindukannya.

Mau tau jawabannya?
Yang jujur atau yang bohong?
Yang jujur?
Jangan deh. Itu hanya akan memperjelas semuanya
Yang bohong saja?
Oke. Sebab kurasa itu akan membuatku semua yang kurasa tidaklah nyata.
Jadi, jawaban bohongnya adalah, .
Aku bisa melupakannya. Aku bisa tanpanya. Aku bisa sendiri dan merasa baik-baik saja. Haha, dan yang benar saja! Dia memang sudah ada dalam hatiku tapi sepertinya aku bisa memendamnya dulu dan tidak menunggu juga mencarinya jika dia tidak ada. Aku bisa meredam rinduku padanya hingga tiba saatnya nanti aku menjadi seorang bidadari yang sesungguhnya.

Jadi bagaimana? Sudah lihat kah perasaan seorang gadis kecil yang merana karena mencintai sebelum waktunya? Seperti ulat yang sudah dianggap menjadi kupu-kupu. Ini salah,bukan? Memang sepertinya sudah salah dari awal.

Tapi selalu, dalam kisah cinta tidak ada yang salah. Hanya di saat yang belum tepatlah semua jadi serba salah. Pada saat itu, mencintainya menjadi sebuah kesalahan. Tidak mencintainya pun, suatu kesalahan sebab aku tidak bisa menafikan hatiku sendiri bahwa aku mencintainya. Kau tau? Akan terasa sakit bila mengingkarinya. Itu masalah hati.

Dongeng klasik memang selalu memberikan ‘happily ever after’. Dan memang benar, kebahagiaan itu adalah mencintai seseorang di waktu yang tepat.

Rabu, 04 September 2013

SDN 01 Saonek Raja Ampat

Anak-anak nan lucu dan imut-imut ini adalah putra-putri kebanggan Raja Ampat. Mereka selalu semangat bernyanyi dan berlari (namanya juga anak-anak. hihi).

Riantini (foto atas) dan Nia Salim (foto bawah). Saya kangen sekali dengan mereka berdua. Dua bocah itu cerewet banget. Kalo Tini, paling sering tertawa kalo lihat saya. tertawa sambil lari dan ngumpet-ngumpet. Sesekali kepala nya nyembul dari persembunyiannya untuk melihat saya. Tapi ketika kepergok saya, dia segera lari tunggang langgan sambil terpingkal--pingkal. Dan pas saya tanya kenapa tertawa terus, dia cuma bisa bilang,"Kak Aini imut, ne?!", tak lupa dengan binar mata takjub dan cengiran lebarnya. Aish aishhhh! kecil-kecil tukang gombal begitu. hahaha.
Nia nggak kalah cerewet. Saking cerewetnya, dia nggak nyadar kalo ngomong nya sering salah. Misalnya, ngomong pepsodent, salah. Malah ngomong PESPODENT! Dan ternyata dia emang nggak bisa ngomong pepsodent. Bisanya PESPODENT. Nia ini orang jawa. Pernah dia menangis karena teman-temannya mengejeknya orang jawa.

Nah kalo gambar di bawah ini, saya abis pulang mengajar sama indah. Status kami adalah Guru Bantu Sekolah Dasar.
Foto di atas ini saya ambil pas saya ngajar di kelas empat. Habis nya mereka lucu banget sih. Karena badan kurang tinggi, mereka bela-belain 'bahu membahu' dalam artian yang sebenarnya. Hahahahah! Sumpah lucu banget, dan salut luar biasa. Terutama yang rela dinaikin bahunya, saya lupa itu siapa. Wajahnya pun tak kelihatan, padahal mau saya tulis di blog. Sungguh pahlawan tanpa tanda jasa! hahaha. Kalo yang naik di bahu si hero sih itu kayaknya Robert deh. Dia semangat banget buat menuliskan jawaban. Ceritanya, papan tulis saya bagi dua kolom. Masing-masing kolom untuk satu kelompok, berlomba-lomba menuliskan jawaban dari pertanyaan yang saya berikan. Begitu lah semangat mereka. Penuh keceriaan. Belajar bersama mereka mesti pake teknik bermain sambil belajar. Dengan mereka, saya semakin bersemangat menjadi guru yang baik. :)

Foto dibawah ini adalah foto yang kami ambil selepas kegiatan lomba MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran). Nama Tini salah tulis tuh! Kak Mamer yang tulis, maklum dia belum bersihin kuping selama dua bulan jadi pas Tini sebut,"Riantini" ketika ditanya nama sama Kak Mamer, Kak Mamer degernya "Nantini". Hihihihi. Yang baju oren itu Rugaya Mayor, dan yang ungu itu Faradiba. Kalo yang jilbab putih itu namanya Rindi.

Salma dan Sukron lucu banget banget banget! Apalgi dengan kostum jas almamater UGM yang jelas kedodoran buat mereka. Hahaha
Anak-anak habis bikin bintang cita-cita dengan Kak Indah dan dengan bangga mengacungkannya,"Kakak!! Ini Bintang Cita-Cita kami!!!!"
^______^